Contributors:
Herni Yuniarti S. (Physics UPI)
Angga Fuja Widiana (Physics UPI
Bambang Achdiyat (Physics UPI)
Rizkiyana Putra M. (Physics UPI)
Anton Timur J. (Astronomi ITB)
Ridwan Firdaus (Geografi UN Jakarta)
Aiko Fukushima (Japan)
Joy Chen (China)
1.www.banjarcyberschool.co.cc
2.www.banjarastrophysics.co.cc
3.www.tokobaedu.co.cc
Advisers:
Bpk. Madyani Yogi A., Ph.D.
(MIT & SITA)
Bpk. Muhammad Arifin, M.Sc., Ph.D.
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Taufik Hidayat, M.Sc., Ph.D
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Endang Jaenudin, S.Pd.
(SMAN 1 Banjar)
Bpk. Itam Kistamaji, S.Si.
(SMAN 1 Banjar)
"Ku wa raku no tane"
-Kesusahpayahan ialah benih yang menyenangkan-
"Fudewa ken Yorimo Tsuyoshi"
-Pena lebih berkuasa dari pedang-
"Yu wa yasuku okonan wa katashi"
-Menyatakan mudah, melaksanakan sukar-
“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” ~~ Gandhi
“I have discovered few learning disabled students in my three decades of teaching. I have, however, discovered many, many victims of teaching inabilities.” ~~ Marva Collins
Name: KOSHIBA, Masatoshi.
Date/Place of Birth: September 19, 1926/Toyohashi city, Aichi Pref., Japan.
Nationality: Japanese.
Marital status: Married to Kyoko KATO on October 5, 1959, in Tokyo.
Permanent address: 4-11-7 Shimoigusa, Suginami, Tokyo 167-0022 Japan.
Tel/Fax: 81-3-3396-6868,
e-mail: mkoshiba@icepp.s.u-tokyo.ac.jp.
Education
Mar. 1951: Graduated from University of Tokyo, physics major.
Apr. '51 to Mar. '53: Graduate School, University of Tokyo.
Sep. '53 to Jun. '55: Graduate School, University of Rochester, Rochester, N.Y.
Received Ph.D in physics: Thesis on Ultra-High- Energy Phenomena in Cosmic Rays.
Introduction
Masatoshi Koshiba (小柴 昌俊 Koshiba Masatoshi, born on September 19, 1926 in Toyohashi, Aichi Prefecture) is a Japanese physicist who won the Nobel Prize in Physics in 2002.
He graduated from the University of Tokyo, School of Science in 1951 and received a Ph.D. in physics at the University of Rochester, New York, in 1955.
From July 1955 to February 1958 he was Research Associate, Department of Physics, University of Chicago; from March 1958 to October 1963, he was Associate Professor, Institute of Nuclear Study, University of Tokyo, although from November 1959 to August 1962 he was on leave from the above as Senior Research Associate with the honorary rank of Associate Professor and as the Acting Director, Laboratory of High Energy Physics and Cosmic Radiation, Department of Physics, University of Chicago.
At the University of Tokyo he became Associate Professor in March 1963 and then Professor in March 1970 in the Department of Physics, Faculty of Science, and Emeritus Professor there in 1987.
From 1987 to 1997, Koshiba taught at Tokai University. In 2002 he won the Nobel Prize in Physics "for pioneering contributions to astrophysics, in particular for the detection of cosmic neutrinos".
(He was co-winner of the Nobel Prize with Raymond Davis Jr. & Riccardo Giacconi of the U.S.)
He is now Senior Counselor of ICEPP and Emeritus Professor of University of Tokyo.
Koshiba's award-winning work centred on neutrinos, subatomic particles that had long perplexed scientists. Since the 1920s it had been suspected that the Sun shines because of nuclear fusion reactions that transform hydrogen into helium and release energy.
Later, theoretical calculations indicated that countless neutrinos must be released in these reactions and, consequently, that Earth must be exposed to a constant flood of solar neutrinos.
Because neutrinos interact weakly with matter, however, only one in a trillion is stopped on its way to Earth. Neutrinos thus developed a reputation as being undetectable.
In the 1980s Koshiba, drawing on the work done by Raymond Davis Jr, constructed an underground neutrino detector in a zinc mine in Japan. Called Kamiokande II, it was an enormous water tank surrounded by electronic detectors to sense flashes of light produced when neutrinos interacted with atomic nuclei in water molecules.
Koshiba was able to confirm Davis's results—that the Sun produces neutrinos and that fewer neutrinos were found than had been expected (a deficit that became known as the solar neutrino problem).
In 1987 Kamiokande also detected neutrinos from a supernova explosion outside the Milky Way. After building a larger, more sensitive detector named Super-Kamiokande, which became operational in 1996, Koshiba found strong evidence for what scientists had already suspected—that neutrinos, of which three types are known, change from one type into another in flight; this resolves the solar neutrino problem, since early experiments could only detect one type, not all three.
Prof. Koshiba is a member of the Board of Sponsors of The Bulletin of the Atomic Scientists.
Nilai Merah Mendapat Nobel
Selama beberapa tahun terakhir tempat kediaman Profesor Masatoshi Koshiba di Tokyo, Jepang, selalu diserbu oleh para wartawan yang ingin bersama-sama menunggu kabar dari Stockholm, Swedia, yang memberitahukan bahwa profesor kebanggaan bangsa Jepang itu telah memenangkan Nobel Fisika.
Selama beberapa tahun pula berita kemenangan yang mereka tunggu-tunggu itu tidak kunjung datang.
Hari itu, 8 Oktober 2002, sekitar 20 wartawan tetap menunggu dengan sabar di kediaman Koshiba seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan berita yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Nobel Fisika tahun 2002 dihadiahkan kepada Masatoshi Koshiba dan Raymond Davis, Jr. (atas penemuannya di bidang astrofisika berkaitan dengan pendeteksian neutrino kosmis), dan Riccardo Giacconi (juga di bidang astrofisika, berkaitan dengan penemuan sumber-sumber sinar-X kosmis).
Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Ia mengenyam pendidikannya di sebuah sekolah menengah atas di Yokosuka, yang juga merupakan tempat Perdana Menteri Junichiro Koizumi bersekolah.
Koshiba remaja bercita-cita untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel bersejarah).
Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring dan beristirahat. Masa-masa pemulihannya dilalui dengan membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang diberikan oleh gurunya.
Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya.
"Menurut guru itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena nilai-nilainya di mata pelajaran eksakta itu sangat buruk."
Komentar inilah yang membuat Koshiba memilih jurusan fisika di Tokyo University.
Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University, Koshiba mendapatkan penolakan yang membuatnya mencoba kembali untuk kedua kalinya. Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil.
Koshiba mulai mempelajari fisika di Tokyo University sambil melakukan pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya.
Kesibukannya mencari nafkah itu hampir saja menggagalkan usahanya dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi. Saat itu ia tidak memiliki banyak waktu untuk hadir di setiap kuliah, bahkan dalam satu minggu ia hanya mempunyai waktu untuk mengikuti satu kuliah saja.
Dengan kondisi seperti itu tidak ada yang menyangka bahwa Koshiba akan berhasil lulus (1951). Berbeda dengan riwayat para pemenang Nobel lainnya, yang biasanya mencatatkan prestasi akademis yang menakjubkan, Koshiba justru lulus dengan nilai terendah. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa dalam mencoba mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke University of Rochester, Amerika Serikat, dengan berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University yang secara jujur menyatakan:
"His results are not good, but he’s not that stupid."
Ia diterima di University of Rochester dan mendapatkan gelar Ph.D. di sana pada tahun 1955. Pada tahun 1958 Koshiba kembali ke Tokyo University untuk bekerja di sana sampai 31 Maret 1987, sebelum pindah ke Tokai University sampai ia pensiun di tahun 1997.
Koshiba yang sewaktu lulus dari Tokyo University mendapatkan nilai terendah akhirnya menjadi profesor fisika di tempat yang sama.
Satu bulan sebelum ia mengakhiri masa kerjanya di Tokyo University (23 Februari 1987), Koshiba berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino, yang jejaknya dideteksi menggunakan detektor Kamiokande (untuk menghasilkan ledakan supernova) yang dirancang dan dibuatnya sendiri.
Penemuannya ini melahirkan bidang penelitian baru yang sangat penting dalam astrofisika, yaitu astronomi neutrino.
Selain hadiah Nobel Fisika, penemuannya ini juga telah menganugerahinya berbagai penghargaan lain di dunia internasional, seperti Der grosse Verdienstkreutz dari presiden Jerman Barat, Order of Cultural Merit dari Kaisar Jepang, dan Wolf Prize dari president Israel.
Koshiba juga terdaftar sebagai anggota American Physical Society, Physical Society of Japan, dan Japanese Astronomical Society.
"Kannan kanji o tama ni su"
-penderitaan atau kesukaran-kesukaran membuat kamu menjadi permata-
"Ni kara deta sabi"
-Siapa yang berbuat, ia sendiri yang akan menanggung akibatnya-
Hubungan Organisasi:
1. Fisika Bumi Siliwangi Research Center
2. Tim Olimpiade Kota Banjar
3. Banjar Astro Physics Association
4. Pusat Persaudaraan Tim Olimpiade Fisika Astronomi Wilayah Sunda
5. TOFI Yohanes Surya
6. Ririungan NIHONGO Kota Banjar
References:
1. Yohanes Surya Institute
2. Nobel Prize Org.
3. Wikipedia
4. Japanese HAIKU
Ucapan Terimakasih:
1. Greatest Our Parents & Teachers
2. Greatest Our Friends Forever
SENEBIAN, RANGER & All
"Salam Pendidikan untuk Peradaban"
Herni Yuniarti S. (Physics UPI)
Angga Fuja Widiana (Physics UPI
Bambang Achdiyat (Physics UPI)
Rizkiyana Putra M. (Physics UPI)
Anton Timur J. (Astronomi ITB)
Ridwan Firdaus (Geografi UN Jakarta)
Aiko Fukushima (Japan)
Joy Chen (China)
1.www.banjarcyberschool.co.cc
2.www.banjarastrophysics.co.cc
3.www.tokobaedu.co.cc
Advisers:
Bpk. Madyani Yogi A., Ph.D.
(MIT & SITA)
Bpk. Muhammad Arifin, M.Sc., Ph.D.
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Taufik Hidayat, M.Sc., Ph.D
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Endang Jaenudin, S.Pd.
(SMAN 1 Banjar)
Bpk. Itam Kistamaji, S.Si.
(SMAN 1 Banjar)
"Ku wa raku no tane"
-Kesusahpayahan ialah benih yang menyenangkan-
"Fudewa ken Yorimo Tsuyoshi"
-Pena lebih berkuasa dari pedang-
"Yu wa yasuku okonan wa katashi"
-Menyatakan mudah, melaksanakan sukar-
“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” ~~ Gandhi
“I have discovered few learning disabled students in my three decades of teaching. I have, however, discovered many, many victims of teaching inabilities.” ~~ Marva Collins
Name: KOSHIBA, Masatoshi.
Date/Place of Birth: September 19, 1926/Toyohashi city, Aichi Pref., Japan.
Nationality: Japanese.
Marital status: Married to Kyoko KATO on October 5, 1959, in Tokyo.
Permanent address: 4-11-7 Shimoigusa, Suginami, Tokyo 167-0022 Japan.
Tel/Fax: 81-3-3396-6868,
e-mail: mkoshiba@icepp.s.u-tokyo.ac.jp.
Education
Mar. 1951: Graduated from University of Tokyo, physics major.
Apr. '51 to Mar. '53: Graduate School, University of Tokyo.
Sep. '53 to Jun. '55: Graduate School, University of Rochester, Rochester, N.Y.
Received Ph.D in physics: Thesis on Ultra-High- Energy Phenomena in Cosmic Rays.
Introduction
Masatoshi Koshiba (小柴 昌俊 Koshiba Masatoshi, born on September 19, 1926 in Toyohashi, Aichi Prefecture) is a Japanese physicist who won the Nobel Prize in Physics in 2002.
He graduated from the University of Tokyo, School of Science in 1951 and received a Ph.D. in physics at the University of Rochester, New York, in 1955.
From July 1955 to February 1958 he was Research Associate, Department of Physics, University of Chicago; from March 1958 to October 1963, he was Associate Professor, Institute of Nuclear Study, University of Tokyo, although from November 1959 to August 1962 he was on leave from the above as Senior Research Associate with the honorary rank of Associate Professor and as the Acting Director, Laboratory of High Energy Physics and Cosmic Radiation, Department of Physics, University of Chicago.
At the University of Tokyo he became Associate Professor in March 1963 and then Professor in March 1970 in the Department of Physics, Faculty of Science, and Emeritus Professor there in 1987.
From 1987 to 1997, Koshiba taught at Tokai University. In 2002 he won the Nobel Prize in Physics "for pioneering contributions to astrophysics, in particular for the detection of cosmic neutrinos".
(He was co-winner of the Nobel Prize with Raymond Davis Jr. & Riccardo Giacconi of the U.S.)
He is now Senior Counselor of ICEPP and Emeritus Professor of University of Tokyo.
Koshiba's award-winning work centred on neutrinos, subatomic particles that had long perplexed scientists. Since the 1920s it had been suspected that the Sun shines because of nuclear fusion reactions that transform hydrogen into helium and release energy.
Later, theoretical calculations indicated that countless neutrinos must be released in these reactions and, consequently, that Earth must be exposed to a constant flood of solar neutrinos.
Because neutrinos interact weakly with matter, however, only one in a trillion is stopped on its way to Earth. Neutrinos thus developed a reputation as being undetectable.
In the 1980s Koshiba, drawing on the work done by Raymond Davis Jr, constructed an underground neutrino detector in a zinc mine in Japan. Called Kamiokande II, it was an enormous water tank surrounded by electronic detectors to sense flashes of light produced when neutrinos interacted with atomic nuclei in water molecules.
Koshiba was able to confirm Davis's results—that the Sun produces neutrinos and that fewer neutrinos were found than had been expected (a deficit that became known as the solar neutrino problem).
In 1987 Kamiokande also detected neutrinos from a supernova explosion outside the Milky Way. After building a larger, more sensitive detector named Super-Kamiokande, which became operational in 1996, Koshiba found strong evidence for what scientists had already suspected—that neutrinos, of which three types are known, change from one type into another in flight; this resolves the solar neutrino problem, since early experiments could only detect one type, not all three.
Prof. Koshiba is a member of the Board of Sponsors of The Bulletin of the Atomic Scientists.
Nilai Merah Mendapat Nobel
Selama beberapa tahun terakhir tempat kediaman Profesor Masatoshi Koshiba di Tokyo, Jepang, selalu diserbu oleh para wartawan yang ingin bersama-sama menunggu kabar dari Stockholm, Swedia, yang memberitahukan bahwa profesor kebanggaan bangsa Jepang itu telah memenangkan Nobel Fisika.
Selama beberapa tahun pula berita kemenangan yang mereka tunggu-tunggu itu tidak kunjung datang.
Hari itu, 8 Oktober 2002, sekitar 20 wartawan tetap menunggu dengan sabar di kediaman Koshiba seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan berita yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Nobel Fisika tahun 2002 dihadiahkan kepada Masatoshi Koshiba dan Raymond Davis, Jr. (atas penemuannya di bidang astrofisika berkaitan dengan pendeteksian neutrino kosmis), dan Riccardo Giacconi (juga di bidang astrofisika, berkaitan dengan penemuan sumber-sumber sinar-X kosmis).
Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Ia mengenyam pendidikannya di sebuah sekolah menengah atas di Yokosuka, yang juga merupakan tempat Perdana Menteri Junichiro Koizumi bersekolah.
Koshiba remaja bercita-cita untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel bersejarah).
Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring dan beristirahat. Masa-masa pemulihannya dilalui dengan membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang diberikan oleh gurunya.
Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya.
"Menurut guru itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena nilai-nilainya di mata pelajaran eksakta itu sangat buruk."
Komentar inilah yang membuat Koshiba memilih jurusan fisika di Tokyo University.
Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University, Koshiba mendapatkan penolakan yang membuatnya mencoba kembali untuk kedua kalinya. Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil.
Koshiba mulai mempelajari fisika di Tokyo University sambil melakukan pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya.
Kesibukannya mencari nafkah itu hampir saja menggagalkan usahanya dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi. Saat itu ia tidak memiliki banyak waktu untuk hadir di setiap kuliah, bahkan dalam satu minggu ia hanya mempunyai waktu untuk mengikuti satu kuliah saja.
Dengan kondisi seperti itu tidak ada yang menyangka bahwa Koshiba akan berhasil lulus (1951). Berbeda dengan riwayat para pemenang Nobel lainnya, yang biasanya mencatatkan prestasi akademis yang menakjubkan, Koshiba justru lulus dengan nilai terendah. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa dalam mencoba mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke University of Rochester, Amerika Serikat, dengan berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University yang secara jujur menyatakan:
"His results are not good, but he’s not that stupid."
Ia diterima di University of Rochester dan mendapatkan gelar Ph.D. di sana pada tahun 1955. Pada tahun 1958 Koshiba kembali ke Tokyo University untuk bekerja di sana sampai 31 Maret 1987, sebelum pindah ke Tokai University sampai ia pensiun di tahun 1997.
Koshiba yang sewaktu lulus dari Tokyo University mendapatkan nilai terendah akhirnya menjadi profesor fisika di tempat yang sama.
Satu bulan sebelum ia mengakhiri masa kerjanya di Tokyo University (23 Februari 1987), Koshiba berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino, yang jejaknya dideteksi menggunakan detektor Kamiokande (untuk menghasilkan ledakan supernova) yang dirancang dan dibuatnya sendiri.
Penemuannya ini melahirkan bidang penelitian baru yang sangat penting dalam astrofisika, yaitu astronomi neutrino.
Selain hadiah Nobel Fisika, penemuannya ini juga telah menganugerahinya berbagai penghargaan lain di dunia internasional, seperti Der grosse Verdienstkreutz dari presiden Jerman Barat, Order of Cultural Merit dari Kaisar Jepang, dan Wolf Prize dari president Israel.
Koshiba juga terdaftar sebagai anggota American Physical Society, Physical Society of Japan, dan Japanese Astronomical Society.
"Kannan kanji o tama ni su"
-penderitaan atau kesukaran-kesukaran membuat kamu menjadi permata-
"Ni kara deta sabi"
-Siapa yang berbuat, ia sendiri yang akan menanggung akibatnya-
Hubungan Organisasi:
1. Fisika Bumi Siliwangi Research Center
2. Tim Olimpiade Kota Banjar
3. Banjar Astro Physics Association
4. Pusat Persaudaraan Tim Olimpiade Fisika Astronomi Wilayah Sunda
5. TOFI Yohanes Surya
6. Ririungan NIHONGO Kota Banjar
References:
1. Yohanes Surya Institute
2. Nobel Prize Org.
3. Wikipedia
4. Japanese HAIKU
Ucapan Terimakasih:
1. Greatest Our Parents & Teachers
2. Greatest Our Friends Forever
SENEBIAN, RANGER & All
"Salam Pendidikan untuk Peradaban"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar