Sebuah Perbandingan antara Indonesia dan jepang
~ Sources:
1. Prof. Ishizaka Kazuo, Ph.D.
(Chief of Research Section of National Institute for Educational Research
Kato Koji, Professor of Education, Sophia University)
2. Mr. Ken Noguchi, Kepala Bagian Pendidikan, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
(Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
Jl. M.H. Thamrin 24, Jakarta 10350
Tel : 021-3192-4308 (Hunting)
Fax : 021-3192-4820
E-mail : beasiswa@eoj.ntt.net.id
URL : http://www.id.emb-japan.go.jp
Jam Kerja : Senin-Jumat, 08:30-16:00 WIB (12:30-13:30 WIB Istirahat)
"Hanya satu saja pertanyaan Kaisar Hirohito pada saat itu (Ketika Hirosima dan Nagasaki dimusnahkan oleh bom atom) ialah:, "Apakah guru masih ada yang hidup?" Hirohito tidak menanyakan yang lain, tetapi hanya menanyakan guru. Begitu diketahui bahwa guru masih ada yang hidup, beliau pun tersenyum."
~ Abstract
In Japan, education is compulsory at the elementary and lower secondary levels. Virtually all students progress to the upper secondary level, which is voluntary. Most students attend public schools through the lower secondary level, but private education is popular at the upper secondary and university levels.
~ Intro:
"Guru dan Dosen adalah ujung tombak bangsa Indonesia. Kalau mau memiliki Universitas Kelas Dunia, Perekonomian Kelas dunia, Olahragawan Dunia. Mari kita junjung tinggi profesionalisme guru dan dosen. Guru hebat murid super dahsyat". TK atau youchien (幼稚園)bertujuan untuk mengasuh (保育) anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam artikel no 78 dijelaskan tata caranya :
1. Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.
3. Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi
4. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya.
5. Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
TK mengintrepretasikan tujuan tersebut dalam silabus pembelajaran yang saya pikir hampir sama di setiap sekolah.
~ Contents:
Shōgakkō (小学校) are elementary schools in Japan.
More than 99% of Japanese elementary school-age children are enrolled in school. All children enter first grade at age six, and starting school is considered a very important event in a child's life.
Virtually all elementary education takes place in public schools; less than 1% of the schools are private. Private schools tended to be costly, although the rate of cost increases in tuition for these schools had slowed in the 1980s.
Some private elementary schools are prestigious, and they serve as a first step to higher-level private schools with which they are affiliated, and thence to a university. Competition to enter some of these "ladder schools" is quite intense.
Although public elementary education is free, some school expenses are borne by parents, for example, school lunches and supplies. For many families, there are also nonschool educational expenses, for extra books, or private lessons, or juku.
Such expenses rose throughout the 1980s, reaching an average of 184,000 Yen in FY 1987 for each child. Costs for private elementary schools are substantially higher.
Elementary school classes are large, about thirty-one students per class on average, but higher numbers are permitted.
Students are usually organized into small work groups, which have both academic and disciplinary functions.
Discipline also is maintained, and a sense of responsibility encouraged, by the use of student monitors and by having the students assume responsibility for the physical appearance of their classroom and school.
~ Sebuah pengalaman
Ketika melihat foto anak-anak sedang mengikuti kegiatan di shougakkou (SD) dan youchien (TK), mata sempat tertuju pada foto kegiatan bersih-bersih pantai.
Foto di sepanjang jalan menuju pantai ketika anak-anak kelas 1 SD digandeng oleh kakak kelas 6. Ada satu hal yang menarik di sini, anak-anak yang baru memasuki tahap SD (kelas 1) masing-masing mempunyai pendamping dari anak-anak yang mau lulus SD (kelas 6).
Setiap kegiatan sekolah yang melibatkan semua kelas, fenomena pendamping kelas 6 untuk kelas 1 selalu ada. Kalau Kita (Muslim) menganalogikan dengan hijrah Nabi, dimana kaum Muhajirin yang baru datang betul-betul terbantu oleh kaum Anshar.
Ada lagi yang menjadi perhatian kami adalah setiap ada event di sekolah, misalnya pertunjukan di panggung dan pertandingan (happyoukai, undokai, marason, dan lainnya) selalu ada pembagian tugas yang sangat rapi antar guru dan staf lain, setiap orang selalu siap dengan pos tugasnya sendiri, cepat dan tepat, sehingga kegiatan selalu diawali dan diakhiri tepat waktu.
Kalau di SD anak-anak kelas besar (kelas 5 dan 6) sudah mendapat jatah tugas ini. Pengalaman menyenangkan selama bersekolah di sekolah Jepang akan menjadi kenangan indah bagi anak-anak.
Pelajaran sekolah yang menyenangkan yang tidak terlalu banyak beban, tidak ada istilah "tidak naik kelas" karena semua anak pasti naik kelas, dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya yang lebih memupuk anak ke arah kreatifitas berpikir dan berkarya.
Pendidikan dasar di Jepang lebih didominasi pendidikan bahasa dan olah raga. Bahasa Jepang yang meliputi hiragana, katakana, dan ribuan kanji memang dimulai sejak dini. Pelajaran olah raga yang cukup banyak dan kebiasaan berjalan kaki ke sekolah cukup menempa jasmani anak-anak. Semoga yang positif ini membawa manfaat bagi anak-anak yang sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Jepang.
~ Conclusion:
Hendaknya kita harus serius dan tidak main-main dalam masalah pendidikan, terutama pendidikan usia dini dan dasar. Pendidikan pada tahap ini haruslah diperhatikan dan ditangani secara professional. Kita harus semangat dan optimis terhadap pendidikan dan masa depan bangsa kita, khususnya Kota Banjar tercinta, mari kita bangun pendidikan yang lebih baik.
~ Acknowledgements:
Kepada orang tua, guru-guru tercinta, serta teman dan sahabat, terima kasih atas dukungan kalian. Tanpa kalian semua saya bukan apa-apa, itulah kenapa kekeluargaan, persahabatan merupakan harta yang tidak ternilai harganya.
"Sabishisa wo toute kurenu ka kiri hito-ha"
~A paulownia leaf has fallen; Will you not come to me in my Loneliness?~
Terima Kasih semoga bermanfaat!
Hubungan Lokal:
1. RINI KOBA (Ririungan Nihongo Kota Banjar)
~Tempat Kumpul Orang Banjar Penggemar aneka Jepang~
2. Anime SMANSABAN Fans Club
3. Manbaul Ullum Japanese Studies
Silahkan Kunjungi:
1.http://www.banjarcyberschool.co.cc
(Sekolah Maya Kota Banjar)
2.http://www.bitedu.co.cc
(Televisi Internet Pendidkan Kota Banjar)
3.http://murniramli.wordpress.com/
(Berguru)
4.http://ksuheimi.blogspot.com/2009/01/guru-adalah-pahlawan.html
Arip Nurahman
Guru dan Dosen Profesional
Ditulis Ulang Oleh: Arip Nurahman
Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University.
~ Sources:
1. Prof. Ishizaka Kazuo, Ph.D.
(Chief of Research Section of National Institute for Educational Research
Kato Koji, Professor of Education, Sophia University)
2. Mr. Ken Noguchi, Kepala Bagian Pendidikan, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
(Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
Jl. M.H. Thamrin 24, Jakarta 10350
Tel : 021-3192-4308 (Hunting)
Fax : 021-3192-4820
E-mail : beasiswa@eoj.ntt.net.id
URL : http://www.id.emb-japan.go.jp
Jam Kerja : Senin-Jumat, 08:30-16:00 WIB (12:30-13:30 WIB Istirahat)
"Hanya satu saja pertanyaan Kaisar Hirohito pada saat itu (Ketika Hirosima dan Nagasaki dimusnahkan oleh bom atom) ialah:, "Apakah guru masih ada yang hidup?" Hirohito tidak menanyakan yang lain, tetapi hanya menanyakan guru. Begitu diketahui bahwa guru masih ada yang hidup, beliau pun tersenyum."
~ Abstract
In Japan, education is compulsory at the elementary and lower secondary levels. Virtually all students progress to the upper secondary level, which is voluntary. Most students attend public schools through the lower secondary level, but private education is popular at the upper secondary and university levels.
~ Intro:
"Guru dan Dosen adalah ujung tombak bangsa Indonesia. Kalau mau memiliki Universitas Kelas Dunia, Perekonomian Kelas dunia, Olahragawan Dunia. Mari kita junjung tinggi profesionalisme guru dan dosen. Guru hebat murid super dahsyat". TK atau youchien (幼稚園)bertujuan untuk mengasuh (保育) anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam artikel no 78 dijelaskan tata caranya :
1. Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.
3. Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi
4. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya.
5. Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
TK mengintrepretasikan tujuan tersebut dalam silabus pembelajaran yang saya pikir hampir sama di setiap sekolah.
~ Contents:
Shōgakkō (小学校) are elementary schools in Japan.
More than 99% of Japanese elementary school-age children are enrolled in school. All children enter first grade at age six, and starting school is considered a very important event in a child's life.
Virtually all elementary education takes place in public schools; less than 1% of the schools are private. Private schools tended to be costly, although the rate of cost increases in tuition for these schools had slowed in the 1980s.
Some private elementary schools are prestigious, and they serve as a first step to higher-level private schools with which they are affiliated, and thence to a university. Competition to enter some of these "ladder schools" is quite intense.
Although public elementary education is free, some school expenses are borne by parents, for example, school lunches and supplies. For many families, there are also nonschool educational expenses, for extra books, or private lessons, or juku.
Such expenses rose throughout the 1980s, reaching an average of 184,000 Yen in FY 1987 for each child. Costs for private elementary schools are substantially higher.
Elementary school classes are large, about thirty-one students per class on average, but higher numbers are permitted.
Students are usually organized into small work groups, which have both academic and disciplinary functions.
Discipline also is maintained, and a sense of responsibility encouraged, by the use of student monitors and by having the students assume responsibility for the physical appearance of their classroom and school.
~ Sebuah pengalaman
Ketika melihat foto anak-anak sedang mengikuti kegiatan di shougakkou (SD) dan youchien (TK), mata sempat tertuju pada foto kegiatan bersih-bersih pantai.
Foto di sepanjang jalan menuju pantai ketika anak-anak kelas 1 SD digandeng oleh kakak kelas 6. Ada satu hal yang menarik di sini, anak-anak yang baru memasuki tahap SD (kelas 1) masing-masing mempunyai pendamping dari anak-anak yang mau lulus SD (kelas 6).
Setiap kegiatan sekolah yang melibatkan semua kelas, fenomena pendamping kelas 6 untuk kelas 1 selalu ada. Kalau Kita (Muslim) menganalogikan dengan hijrah Nabi, dimana kaum Muhajirin yang baru datang betul-betul terbantu oleh kaum Anshar.
Ada lagi yang menjadi perhatian kami adalah setiap ada event di sekolah, misalnya pertunjukan di panggung dan pertandingan (happyoukai, undokai, marason, dan lainnya) selalu ada pembagian tugas yang sangat rapi antar guru dan staf lain, setiap orang selalu siap dengan pos tugasnya sendiri, cepat dan tepat, sehingga kegiatan selalu diawali dan diakhiri tepat waktu.
Kalau di SD anak-anak kelas besar (kelas 5 dan 6) sudah mendapat jatah tugas ini. Pengalaman menyenangkan selama bersekolah di sekolah Jepang akan menjadi kenangan indah bagi anak-anak.
Pelajaran sekolah yang menyenangkan yang tidak terlalu banyak beban, tidak ada istilah "tidak naik kelas" karena semua anak pasti naik kelas, dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya yang lebih memupuk anak ke arah kreatifitas berpikir dan berkarya.
Pendidikan dasar di Jepang lebih didominasi pendidikan bahasa dan olah raga. Bahasa Jepang yang meliputi hiragana, katakana, dan ribuan kanji memang dimulai sejak dini. Pelajaran olah raga yang cukup banyak dan kebiasaan berjalan kaki ke sekolah cukup menempa jasmani anak-anak. Semoga yang positif ini membawa manfaat bagi anak-anak yang sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Jepang.
~ Conclusion:
Hendaknya kita harus serius dan tidak main-main dalam masalah pendidikan, terutama pendidikan usia dini dan dasar. Pendidikan pada tahap ini haruslah diperhatikan dan ditangani secara professional. Kita harus semangat dan optimis terhadap pendidikan dan masa depan bangsa kita, khususnya Kota Banjar tercinta, mari kita bangun pendidikan yang lebih baik.
~ Acknowledgements:
Kepada orang tua, guru-guru tercinta, serta teman dan sahabat, terima kasih atas dukungan kalian. Tanpa kalian semua saya bukan apa-apa, itulah kenapa kekeluargaan, persahabatan merupakan harta yang tidak ternilai harganya.
"Sabishisa wo toute kurenu ka kiri hito-ha"
~A paulownia leaf has fallen; Will you not come to me in my Loneliness?~
Terima Kasih semoga bermanfaat!
Hubungan Lokal:
1. RINI KOBA (Ririungan Nihongo Kota Banjar)
~Tempat Kumpul Orang Banjar Penggemar aneka Jepang~
2. Anime SMANSABAN Fans Club
3. Manbaul Ullum Japanese Studies
Silahkan Kunjungi:
1.http://www.banjarcyberschool.co.cc
(Sekolah Maya Kota Banjar)
2.http://www.bitedu.co.cc
(Televisi Internet Pendidkan Kota Banjar)
3.http://murniramli.wordpress.com/
(Berguru)
4.http://ksuheimi.blogspot.com/2009/01/guru-adalah-pahlawan.html
Arip Nurahman
Guru dan Dosen Profesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar