Senin, 20 Desember 2010

Indonesian Chemical Engineering Education

Indonesian Chemical Engineering Education

Chemical engineering is the branch of engineering that deals with the application ofphysical science (e.g., chemistry and physics), and life sciences (e.g., biology, microbiologyand biochemistry) with mathematics and economics, to the process of converting rawmaterials or chemicals into more useful or valuable forms. In addition to producing useful materials, modern chemical engineering is also concerned with pioneering valuable new materials and techniques – such as nanotechnology, fuel cells and biomedical engineering.

Chemical engineering largely involves the design, improvement and maintenance of processes involving chemical or biological transformations for large-scale manufacture. Chemical engineers ensure the processes are operated safely, sustainably and economically. Chemical engineers in this branch are usually employed under the title of process engineer. A related term with a wider definition is chemical technology. A person employed in this field is called a chemical engineer.


Concepts

Part of a series on
Chemical engineering
Concepts
Unit operations
Unit processes
Chemical engineer
Chemical process
Process integration
Momentum transfer
Heat transfer
Mass transfer
Mechanical operations
Chemical reaction engineering
Chemical kinetics
Chemical process modeling
Chemical technology
Process integration
Branches
Process design · Fluid mechanics
Process systems engineering
Chemical plant design
Chemical thermodynamics
Transport phenomena · *More*
others
Outline of chemical engineering
Index of chemical engineering articles
Education for chemical engineers
List of chemical engineers
List of chemical engineering societies
List of chemical process simulators
Perry's Chemical Engineers' Handbook

This box: view · talk · edit
Chemical engineering involves the application of several principles. Key concepts are presented below.

Chemical reaction engineering

Chemical reactions engineering involves managing plant processes and conditions to ensure optimal plant operation. Chemical reaction engineers construct models for reactor analysis and design using laboratory data and physical parameters, such as chemical thermodynamics, to solve problems and predict reactor performance.


Plant design

Chemical engineering design concerns the creation of plans and specification, and income projection of plants. Chemical engineers generate designs according to the clients needs. Design is limited by a number of factors, including funding, government regulations and safety standards. These constraints dictate a plant's choice of process, materials and equipment.


Process design

A unit operation is a physical step in an individual chemical engineering process. Unit operations (such as crystallization, drying and evaporation) are used to prepare reactants, purifying and separating its products, recycling unspent reactants, and controlling energy transfer in reactors.On the other hand, a unit process is the chemical equivalent of a unit operation. Along with unit operations, unit processes constitute a process operation. Unit processes (such as nitration andoxidation) involve the conversion of material by biochemical, thermochemical and other means. Chemical engineers responsible for these are called process engineers.


Transport phenomena

Transport phenomena occur frequently in industrial problems. These include fluid dynamics, heat transfer and mass transfer, which mainly concern momentum transfer, energy transfer and transport of chemical species respectively. Basic equations for describing the three transport phenomena in the macroscopic, microscopic and molecular levels are very similar. Thus, understanding transport phenomena requires thorough understanding of mathematics.

Sabtu, 20 November 2010

Indonesian Mathematics Education

Indonesian Mathematics Education



In contemporary education, mathematics education is the practice of teaching andlearning mathematics, along with the associated scholarly research.
Researchers in mathematics education are primarily concerned with the tools, methods and approaches that facilitate practice or the study of practice. However mathematics education research, known on the continent of Europe as the didactics or pedagogy of mathematics, has developed into an extensive field of study, with its own concepts, theories, methods, national and international organisations, conferences and literature. This article describes some of the history, influences and recent controversies.

Objectives

At different times and in different cultures and countries, mathematics education has attempted to achieve a variety of different objectives. These objectives have included:
Methods of teaching mathematics have varied in line with changing objectives.

Minggu, 17 Oktober 2010

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan untuk Kota dan Kabupaten

Sumber:

Ir. Anton Apriyantono, M.S., Ph.D.
(Mentri Pertanian)

"Pria sederhana kelahiran Serang, Banten. 5 Oktober 1959 ini memiliki latar belakang pendidikan S1 Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), S2 Program Ilmu Pangan IPB, dan menyelesaikan program pendidikan S3 di Program Kimia Pangan, University of Reading, Inggris (1992)."

http://database.deptan.go.id/PUAP/
http://antonapriyantono.com/
http://banjarcyberschool.blogspot.com/2008/12/banjar-innovation-research-development.html
(Pusat Penelitian Pertanian Kota Banjar)

"Kesederhanaan penampilan fisik tidaklah harus berarti kesederhanaan berpikir. Saya akan tetap dengan kehidupan yang selama ini sudah berjalan,"
~Anton Apriyantono~

~Intro:
Ketika saya melihat pertama kali beliau (Pak. Anton) memang kesan yang pertama adalah kesederhanaan dalam berpenampilan. Betapa tidak, senyum yang senantiasa menghiasi wajahnya, pakaian biasa yang melekat ditubuhnya, serta kalimat-kalimat religius yang mewarnai setiap katanya sangatlah menyejukan hati, disela-sela tutur katanya senantiasa tersemat "Subhannalloh ya!"

Semoga para pemimpin kita ada yang mampu meneladani beliau, karena kekharismatikan bukan timbul karena kemewahan, dan ke-gelomoran.
Siapakah gerangan penggantinya kelak?
Apakah Anda? Bisa Jadi.

~Contents
"Pembangunan di Kota Banjar haruslah Selaras dan Sejalan dengan Visi dan Misinya, jangan terlalu menyimpang dari Grand Design yang telah disepakati bersama"

~ PUAP
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program Departemen Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Keberhasilan pelaksanaan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan, mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan PUAP dari tingkat pusat sampai daerah.

Salah satu tahapan proses pelaksanaan PUAP adalah verifikasi kelengkapan dokumen yang telah disiapkan oleh Gapoktan. Dokumen yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah Rencana Usaha Bersama (RUB), perjanjian kerjasama, surat perintah kerja serta dokumen pendukung lain yang dipersyaratkan.

Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen PUAP yang telah disiapkan oleh
Sekretariat PUAP ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Tim Pembina Propinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Penyelia Mitra Tani dalam membantu Gapoktan menyiapkan data dan dokumen PUAP.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M.

Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.

Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/ Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri.

2. Tujuan

PUAP bertujuan untuk:
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
3. Sasaran
Sasaran PUAP yaitu sebagai berikut:

1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa;
2. Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN/POKTAN yang dimiliki dan dikelola oleh petani;
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman.

4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan output antara lain:

1. Tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan

2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

Indikator keberhasilan outcome antara lain:

1. Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani;
2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha;
3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan
4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah;

Sedangkan Indikator benefit dan Impact antara lain:

1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.
2. Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan
3. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.

5. Pengertian dan Definisi

1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran;
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.
3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).
5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas.
6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati;
7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
8. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
10. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
11. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan.
12. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping.
13. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.
14. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola GAPOKTAN dalam pengembangan PUAP.
15. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada petani/kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui GAPOKTAN dalam bentuk modal usaha.
16. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan agribisnis yang disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa.

BAB II
POLA DASAR DAN STRATEGI PELAKSANAAN PUAP

1. Pola Dasar
Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada GAPOKTAN dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah 1) keberadaan GAPOKTAN; 2) keberadaan Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani ; 3) Pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan,dll; dan 4) penyaluran BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani.

2. Strategi Dasar
Strategi dasar Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP;
2. optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal;
3. penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan; dan
4. pendampingan bagi GAPOKTAN
3. Strategi Operasional

Strategi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui:

1. pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP;
2. rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;
3. pelatihan bagi pengurus GAPOKTAN; dan
4. pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan melalui:
1. identifikasi potensi desa;
2. penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan; dan
3. penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.

3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:

1. penyaluran BLM-PUAP kepada pelaku agribisnis melalui GAPOKTAN;
2. fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.

4. Pandampingan GAPOKTAN dilaksanakan melalui:
1. penempatan dan penugasan Penyuluh Pendamping di setiap GAPOKTAN; dan
2. penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota.

4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:

1. Identifikasi dan penetapan Desa PUAP;
2. Identifikasi dan penetapan GAPOKTAN penerima BLM-PUAP;
3. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus GAPOKTAN;
4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;
5. Sosialisasi Kegiatan PUAP;
6. Pendampingan;
7. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat;
8. Pembinaan dan Pengendalian; dan
9. Evaluasi dan pelaporan.

BAB III
KRITERIA SELEKSI DESA DAN GAPOKTAN PENERIMA PUAP
1. Kriteria Seleksi Desa PUAP
1. Tahapan penetapan Kuota Desa
Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) data lokasi PNPM-Mandiri; (2) data Potensi Desa (Podes); (3) data desa miskin dari BPS; (4) data desa tertinggal dari Kementerian PDT; (5) Data desa lokasi program lanjutan DEPTAN antara lain : P4K, Prima Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan.
Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan kuota desa pada setiap Kabupaten/Kota, Tim PUAP Pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
2. Tahapan Seleksi Desa PUAP:

1. Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke Gubernur dan Bupati/Walikota.
2. Berdasarkan daftar tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui Gubernur.
3. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan aspirasi masyarakat.
4. Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai desa PUAP.

2. Penetapan GAPOKTAN/POKTAN

1. Tim Teknis Kabupaten/Kota mengidentifikasi GAPOKTAN penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN
2. GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.
3. Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP kepada Tim Pusat melalui Gubernur.
4. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap GAPOKTAN yang diusulkan oleh Bupati/Walikota.
5. Hasil verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap GAPOKTAN, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.

3. Kriteria GAPOKTAN Penerima BLM – PUAP

GAPOKTAN penerima bantuan modal usaha PUAP harus berada pada desa PUAP dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis.
2. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.
3. Dimiliki dan dikelola oleh petani.
4. Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
5. Apabila di desa tersebut tidak terdapat GAPOKTAN dan baru ada POKTAN, maka POKTAN dapat ditunjuk menjadi penerima BLM PUAP dan untuk selanjutnya ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.

BAB IV
TATA CARA DAN PROSEDUR PENYALURAN BLM-PUAP

1. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)

1. RUB disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan hasil identifikasi potensi usaha agribisnis di desa PUAP yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping.
2. Penyusunan RUB harus memperhatikan kelayakan usaha produktif petani, yaitu : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.
3. Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 2) , dikirim bersama dokumen administrasi lainnya antara lain: (1) Berita Acara Pengukuhan GAPOKTAN, (2) Nomor Rekening GAPOKTAN, (3) Perjanjian Kerjasama, dan (4) Surat Perintah Kerja, ke Tim Pembina Propinsi untuk diajukan kepada Departemen Pertanian C.q Pusat Pembiayaan Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
4. RUB dan dokumen administrasi lainnya yang diterima Departemen Pertanian selanjutnya diteliti dan diverifikasi oleh Tim PUAP Pusat c.q. Pokja Penyaluran Dana.
2. Prosedur Penyaluran BLM-PUAP

1. Satker Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN.
2. Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.
3. Satker Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah Membayar (SPM-LS) dengan lampiran :

1. Keputusan MENTERI PERTANIAN tentang penetapan GAPOKTAN.
2. Berita Acara Pengukuhan GAPOKTAN oleh Bupati /Walikota.
3. Rekapitulasi RUB dengan mencantumkan :

1. Nama dan alamat lengkap GAPOKTAN yang menjadi sasaran PUAP.
2. Nomor rekening GAPOKTAN.
3. Nama dan alamat kantor cabang bank tempat GAPOKTAN membuka rekening.
4. Rincian penggunaan dana BLM PUAP menurut usaha produktif.
4. Kuitansi harus ditandatangani Ketua GAPOKTAN dan diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah
4. Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui penerbitan SP2D akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Keuangan.

BAB V
ORGANISASI PELAKSANAAN PUAP

1. Tingkat Pusat
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Menteri Pertanian membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian dibantu oleh seluruh Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan instansi daerah (tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Tim Pelaksana PUAP tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan SDM dan dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan Efisiensi Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Kepala Biro Perencanaan, seluruh Sekretaris Eselon I dan beberapa Pejabat Eselon II terkait. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

2. Tingkat Provinsi
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Provinsi, Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP tingkat Provinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Provinsi adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Provinsi. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dengan Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya.

Tugas utama dari tim pembina tingkat Provinsi adalah merumuskan kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan umum yang dirumuskan oleh Tim Pusat, mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Provinsi, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Kabupaten/Kota.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi, Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang menangani Penyuluhan Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia Mitra Tani (PMT) dan instansi terkait lainnya.

Tugas utama dari tim Teknis Kabupaten/Kota adalah merumuskan kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan umum Pusat dan kebijakan teknis Provinsi, mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota, menyetujui RUB yang diusulkan GAPOKTAN dan melakukan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Kecamatan dan Desa.
4. Tingkat Kecamatan
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan, maka Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan. Tim Teknis Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota.

Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan kebijakan teknis yang dirumuskan oleh Bupati/Walikota dan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Desa lingkup kecamatan.

5. Tingkat Desa
Pelaksana PUAP di tingkat Desa terdiri dari GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN ditetapkan/dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.

Penyuluh Pendamping setelah mengikuti pelatihan mengisi Formulir 3 sebagai data dasar penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Bupati/Walikota. Tugas utama Penyuluh Pendamping adalah:
1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian;
2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha;
3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan;
4. Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa.
5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar.
6. Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM-PUAP; dan
7. Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

Penyelia Mitra Tani (PMT) mengisi Formulir 4 sebagai data dasar dalam penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Departemen Pertanian. Tugas utama PMT adalah :

1. Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;
2. Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;
3. Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen administrasi lainnya; dan
4. Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

1. Pembinaan
Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan PUAP, Tim Pusat melakukan pembinaan terhadap SDM ditingkat provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bentuk pelatihan. Disamping itu, Tim Pusat berkoordinasi dengan Tim PNPM-Mandiri melakukan sosialisasi program dan supervisi pelaksanaan PUAP ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Pembina Provinsi kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota difokuskan kepada: 1) Peningkatan kualitas SDM yang menangani BLM PUAP ditingkat Kabupaten/Kota 2). Koordinasi dan Pengendalian; dan 3) mengembangkan sistem pelaporan PUAP.

Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota kepada Tim Teknis Kecamatan dilakukan dalam bentuk pelatihan/apresiasi peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP.

2. Pengendalian
Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP, Departemen Pertanian mengembangkan operation room sebagai Pusat Pengendali PUAP berbasis elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room bertanggungjawab mengembangkan dan mengelola data base PUAP yang mencakup : data base GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) dan usaha agribisnis GAPOKTAN. Disamping itu, Pusdatin bertugas mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan PUAP.

Tim Pusat PUAP melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke provinsi dan kabupaten/kota untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan umum Menteri Pertanian dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat provinsi, Gubernur diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). BPTP sebagai sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi dapat memanfaatkan data base PUAP yang dikembangkan Departemen Pertanian sebagai bahan dalam penyusunan laporan Tim Pembina Provinsi kepada Gubernur dan Menteri Pertanian.

Tim Pembina PUAP Provinsi melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kabupaten/kota dan kecamatan untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Gubernur serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/kota, Bupati/Walikota diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Sekretariat PUAP Kabupaten/kota dengan memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer yang disiapkan oleh Departemen Pertanian. Tim Teknis Kabupaten/Kota dapat menugaskan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk menyiapkan bahan laporan.

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.

Tim Teknis PUAP Kecamatan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke desa dan GAPOKTAN untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.

BAB VII
EVALUASI DAN PELAPORAN

1. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan PUAP oleh Tim Pusat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (POKJA) Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk oleh Ketua Tim Pelaksana PUAP. POKJA Monitoring dan Evaluasi melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUAP mencakup evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

Evaluasi pelaksanaan PUAP di tingkat Provinsi dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi. Apabila diperlukan, Ketua Tim Pembina dapat membentuk POKJA Monitoring dan Evaluasi tingkat Provinsi untuk melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

Evaluasi pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota. Apabila diperlukan, Ketua Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota dapat membentuk POKJA Monitoring dan Evaluasi tingkat Kabupaten/Kota untuk melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

2. Pelaporan
Sesuai dengan alur pembinaan dan pengendalian PUAP, maka terdapat laporan yang harus disampaikan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 5) dan laporan Tim Pembina Propinsi (Formulir 6) kepada Tim PUAP Pusat.

Disamping secara reguler tersebut, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Propinsi dan Tim PUAP Pusat akan membuat laporan akhir tahun untuk dilaporkan sebagai bagian dari dari laporan PNPM Mandiri.

BAB VIII

P E N U T U P

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan langkah terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri.

Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP diperlukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu melalui: (1) Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan melalui peningkatan kualitas SDM; (2) Penguatan modal bagi petani, buruhtani dan rumahtangga tani; dan (3) Penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah.

Keberhasilan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan dukungan anggaran dari tingkat pusat sampai daerah.


Semoga Berhasil! Kota Banjar Bisa!

Jumat, 17 September 2010

Karya-karya Albert Einstein yang Mengubah Dunia

Contributors:
1. Olivia Julia Iwicki (University of Bonn/www1.uni-bonn.de)
2. Dzikri Rahmat Romadhon (Fisika Universitas Pendidikan Indonesia )
3. Ridwan Firdaus (www.banjarcyberschool.co.cc)
4. Anton Timur Jaelani (www.banjarastrophysics.co.cc)

Adviser:
Ibu. Selly M.Sc.
(Lecture in Physics UPI Summer School in Germany)

"Imagination is more important than knowledge."

"Gravitation is not responsible for people falling in love."

"Anyone who has never made a mistake has never tried anything new."

"Science without religion is lame. Religion without science is blind."
-A. Einstein-

Albert Einstein (German: Albert_Einstein_german.ogg ˈalbɐt ˈaɪ̯nʃtaɪ̯n ; English: IPA: /ˈælbɝt (-ət) ˈaɪnstaɪn/) (14 March 1879 – 18 April 1955) was a German-born theoretical physicist. He is best known for his theory of relativity and specifically mass–energy equivalence, expressed by the equation E = mc2. Einstein received the 1921 Nobel Prize in Physics "for his services to Theoretical Physics, and especially for his discovery of the law of the photoelectric effect."

Einstein's many contributions to physics include his special theory of relativity, which reconciled mechanics with electromagnetism, and his general theory of relativity, which was intended to extend the principle of relativity to non-uniform motion and to provide a new theory of gravitation. His other contributions include advances in the fields of relativistic cosmology, capillary action, critical opalescence, classical problems of statistical mechanics and their application to quantum theory, an explanation of the Brownian movement of molecules, atomic transition probabilities, the quantum theory of a monatomic gas, thermal properties of light with low radiation density (which laid the foundation for the photon theory), a theory of radiation including stimulated emission, the conception of a unified field theory, and the geometrization of physics.

Einstein published over 300 scientific works and over 150 non-scientific works. In 1999 Time magazine named him the "Person of the Century". In wider culture the name "Einstein" has become synonymous with genius.

Seratus tahun karya jenius Einstein

Di abad teknologi sekarang ini, tentunya amat sulit dibayangkan, bagaimana jika tidak ada teori relativitas umum dari Einstein. Tidak ada yang dapat membayangkan skenarionya, karena segala kemungkinan terbuka.

Skenario paling mengerikan, mungkin saja perang dunia kedua tidak dimenangkan sekutu tapi oleh NAZI Jerman. Karena pembuatan bom atom pertama tidak dilakukan di Amerika Serikat, melainkan di Jerman, karena Einstein ketika itu adalah warga Jerman. Mungkin tidak ada misi ke bulan atau ke planet lainnya di tata surya. Atau juga tidak akan ditemukan radio, televisi, komputer dan internet, jika manusia tetap berpatokan pada hukum fisika klasik.

Tepat 100 tahun yang lalu, Albert Einstein yang ketika itu baru berusia 26 tahun, berturut-turut mempublikasikan lima karya ilmiahnya yang mengubah dunia. Mula-mula karya Einstein muda, yang ketika itu bekerja sebagai pegawai jawatan paten di Bern, Swiss dipandang dengan sebelah mata. Ceramah ilmiah pertamanya, menyangkut teori yang merupakan cikal bakal teori relativitas umum, hanya dihadiri oleh tiga orang sahabatnya dari jawatan paten di Bern. Akan tetapi, lima karya ilmiah Einstein yang dipubilkasikan berturut-turut pada tahun 1905, ternyata mampu membuat tiga kali terobosan besar dalam ilmu fisika.

Atom, cahaya dan ruang-waktu

Tiga teori fisika, mengenai atom, cahaya serta sifat ruang-waktu, secara radikal berubah setelah Einsten mempublikasikan karya ilmiahnya. Pada tahun 1905, para ahli ilmu pengetahuan masih terus bersengketa mengenai sifat-sifat atom. Bahkan ada ilmuwan yang meragukan, bahwa atom itu eksis. Pada awal abad ke 20, para ilmuwan juga sedang memperdebatkan hasil penelitian ahli botani Skotlandia, Robert Brown pada tahun 1827, mengenai gerakan dari partikel yang mengambang, yang diamatinya melalui mikroskop. Einstein menulis teori, bahwa gerakan partikel yang diamati Brown, adalah sifat dari atom-atom yang tidak kelihatan, yang bergerak akibat perubahan temperatur. Untuk mudahnya, teori ini disebut teori kinetika-molekuler.

Teori Einstein mengenai sifat atom dan kinetika-molekuler, dapat dibuktikan pada tahun 1908 oleh Jean-Baptiste Perrin ilmuwan terkemuka dari Universitas Sorbonne di Paris. Dengan begitu, tidak ada keraguan lagi mengenai eksistensi atom serta molekul. Untuk karyanya menjelaskan gerakan Brown saja, Einstein sudah memantapkan satu posisi dalam seharah ilmu fisika, demikian kata ilmuwan Roger Penrose dari Universitas Oxford. Akan tetapi, satu karya yang amat bersejarah, yang mengukuhkan keberadaan atom, ternyata tidak cukup untuk membuahkan hadiah Nobel baginya.

Teorinya mengenai dimensi molekuler, yang merupakan penghitungan besar dan jumlah molekul di dalam benda cair, berdasarkan sifat, kekentalannya serta kecepatan diffusinya. Dengan menggunakan teori hidrodinamik klasik serta teori diffusi, Einstein menunjukan bahwa dengan pengukuran kekentalan cairan, yang merupakan friksi antar molekul di dalam cairan, dapat dihitung volume keseluruhan dari molekul yang diuraikan. Dengan begitu, dapat dihitung konstanta Avogadro maupun besar dari molekulnya. Teorinya mengenai dimensi molekuler, ditulis dalam makalah ilmiah setebal 18 halaman, yang berisi sekitar 40 rumus matematika, kimia dan fisika.

Teori relativitas khusus

Karya besar ketiga, yang dilansir Einstein pada tahun 1905 adalah apa yang disebut teori elektrodinamika benda yang bergerak, yang kemudian dijuluki sebagai teori relativitas khusus. Karya ilmiahnya, terutama hendak menjawab pertanyaan, apakah prinsip relativitas dalam mekanika, yang dicetuskan Galileo Galilei dapat diberlakukan secara umum pada seluruh hukum fisika? Untuk menjawab pertanyaan ini, Einstein memanfaatkan teori elektro-dinamika dari Maxwell, untuk menemukan batasan dari mekanika Newton. Dengan itu Einstein membenturkan kedua teori, yakni mekanika klasik dengan teori elektro-magnetisme.

Dengan itu, Einstein hendak menunjukan, bahwa kerangka fisika dan mekanika klasik yang berbasis ruang dan waktu absolut, yang secara matematik dituliskan sebagai transformasi Galilei, tidak berlaku dalam kecepatan amat tinggi. Dengan itu, Einstein juga sekaligus membantah teori dari Heinrich Hertz mengenai medium yang disebut ether pembawa cahaya, dimana gaya listrik dan gaya magnet tidak dapat melampaui batasan ruang. Dengan teori relativitas khusus, Einstein menunjukan teori ini tidak lagi berlaku. Sebab dengan teori barunya, Einstein menunjukan tidak ada waktu absolut, akan tetapi hanya ada ruang- waktu yang tergantung dari relasi-sistem.

Dengan kata lain, dalam ruang-waktu yang memuai secara cepat, pengukur waktu yang bedetik cepat-pun akan berjalan lebih lambat. Effek yang diramalkan Einstein dalam teori elektro-dinamika benda bergerak itu, kemudian terbukti dalam percobaan di laboratorium menggunakan jam atom, serta dalam pengamatan waktu paruh dari partikel yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Teori relativitas umum

Sebagai lanjutan dari teori ini, pada tahun 1915 Einstein mempublikasikan karya yang keempat, yakni kaitan antara materi dan energi. Dalam teorinya yang amat terkenal, Einstein memformulasikan, bahwa massa sebuah benda merupakan ukuran dari energi yang dikandungnya.

Dalam karya ilmiah yang hanya terdiri dari tiga halaman cetak, Einstein menyimpulkan konsekuensi paling penting dari seluruh teori relativitas. Apa yang disebut teori relativitas umum Einstein, dirumuskannya dalam formulasi, energi dari sebuah benda adalah beratnya dikalikan kecepatan cahaya pangkat dua atau disederhanakan menjadi E samadengan M dikalikan C kuadrat. Dimana E adalah simbol untuk energi, M untuk massa dan C untuk kecepatan cahaya. Teori reletivitas umum Einstein dapat dibuktikan 15 tahun kemudian, yakni tahun 1930 dengan ditemukannya energi ikatan antara Proton dan Neutron di dalam inti atom.

Berlandaskan teori relativitas umum Einstein, juga dapat direkayasa fusi inti atom, yang melahirkan energi atom sekaligus bom atom yang amat mengerikan. Sejauh itu, ternyata keempat karya paling hebat yang mengubah ilmu fisika secara mendasar itu, tidak dihargai secara layak oleh komite Nobel. Barulah karya kelima Einstein, mengenai penciptaan dan perubahan sifat cahaya, yang merupakan landasan teori fisika quantum, dihadiahi Nobel untuk fisika pada tahun 1921. Dengan teorinya ini, Einstein memberikan jawaban atas pertanyaan, apakah energi cahaya atau medan elektro-magnet betul-betul terbagi secara merata di alam semesta. Teori fisika quantum dari Einstein membuka landasan penting berikutnya, dalam penelitian alam semesta dan astro-fisika. Dengan berbagai landasan terpenting ilmu fisika sepanjang abad, memang tidak berlebihan, jika tahun 2005 lalu di Jerman dicanangkan sebagai tahun Einstein.

Namun Einstein bukan tanpa kekurangan, beliau di dalam akhir-akhir hayatnya masih belum mampu menyatukan empat gaya dasar alam semesta: Gaya Gravitasi, Gaya Nuklir Lemah, Gaya Nuklir Kuat dan Gaya Elektromagnetisme, dalam satu teori Keterpaduan Agung (Grand Unification Theory)atau The Theory of Everything/Mother Theory (Ibu dari Segala Ibu Teori).

Akankah para Ilmuwan-ilmuwan Indonesia mampu berkontribusi?

"Education is what remains after one has forgotten everything he learned in school."
-A.Einstein-


Sumber:
Wikipedia
Fiiska net

# ^ "The Nobel Prize in Physics 1921". Nobel Foundation. Archived from the original on 5 October 2008. http://www.webcitation.org/5bLXMl1V0. Retrieved on 6 March 2007.
# ^ Paul Arthur Schilpp, editor (1951). Albert Einstein: Philosopher-Scientist, Volume II. New York: Harper and Brothers Publishers (Harper Torchbook edition). pp. 730–746. His non-scientific works include: About Zionism: Speeches and Lectures by Professor Albert Einstein (1930), "Why War?" (1933, co-authored by Sigmund Freud), The World As I See It (1934), Out of My Later Years (1950), and a book on science for the general reader, The Evolution of Physics (1938, co-authored by Leopold Infeld).
# ^ "Albert Einstein — Biography". Nobel Foundation. http://nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1921/einstein-bio.html. Retrieved on 7 March 2007.

Rabu, 18 Agustus 2010

The Kaizen Power dalam Pendidikan Jepang

Disusun Oleh: Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University.


1. Prof. Hiromatsu Takeshi,
(Professor of Economy, Tokyo University, http://www.e.u-tokyo.ac.jp/index.html)
2. Masaaki Imai
(A consultant in the field of quality management, http://www.kaizen.com/)
3. Akhmad Sudrajat
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/)

“Jika anda hari ini sama dengan hari kemarin maka anda merugi, dan jika hari ini anda lebih jelek dari hari kemarin maka anda celaka, dan jika hari ini anda lebih baik dari hari kemarin maka anda beruntung.”
~Hadits Nabi~

Abstract

Kaizen (改善, Japanese for "improvement") is a Japanese philosophy that focuses on continuous improvement throughout all aspects of life. When applied to the workplace, Kaizen activities continually improve all functions of a business, from manufacturing to management and from the CEO to the assembly line workers. By improving standardized activities and processes, Kaizen aims to eliminate waste (see Lean manufacturing). Kaizen was first implemented in several Japanese businesses during the country's recovery after World War II and has since spread to businesses throughout the world.

~ Intro:
Manajemen Jepang yang dikenal sebagai Kaizen dikenal terutama dalam proses produksi. Continuous improvement!/"Perbaikan Terus Menerus". Penyempurnaan berkesinambungan. Gemba Kaizen adalah perbaikan yang terus menerus.

Bagi kita, manusia boleh jadi karena bukan mesin produksi maka menjalani tujuh kebiasaan baik Mr. Stephen Covey yang tahun 2004 ditambah satu lagi menjadi 8 memberikan pencerahan. Meskipun sebenarnya bagi muslim, persoalannya bukan tidak mengenal tujuh kebiasaan itu. Informasi keteladanan Nabi, manajemen Qolbu jauh lebih canggih.

Namun memanajemi hati memang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, berkesinambungan. Setiap saat tanpa henti. Begitupun dalam dunia pendidikannya dikenal adanya istilah "kenkyuu jugyo"=Lesson Study, dimana mutu dan kualitas pengajar terus ditingkatan.

Translation:
The original kanji characters for this word are: 改 善
In Japanese this is pronounced "kaizen".

*("kai") means "change" or "the action to correct".
*("zen") means "good".
In Korean this is pronounced "ge sun"
*("ge sun") means "improvement" or "change for the better"
In Chinese this is pronounced "gai shan":
*("gǎi shàn") means "change for the better" or "improve".
*("gǎi") means "change" or "the action to correct".
*("shàn") means "good" or "benefit". "Benefit" is more related to the Taoist or Buddhist philosophy, which gives the definition as the action that 'benefits' the society but not one particular individual (i.e., multilateral improvement). In other words, one cannot benefit at another's expense.

The quality of benefit that is involved here should be sustained forever, in other words the "shan" is an act that truly benefits others.

~ Contents:
Tahapan-Tahapan Lesson Study:
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)

~ Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.

3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

~ Kesimpulan
Kita harus terus melakukan perbaikan dalam pendidikan secara terus menerus, tanpa henti. Agar kualitas dan mutu dunia pendidikan kita semakin maju dan berkembang.
Yakin suatu saat kota kita akan terus maju.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
2. Tujuan Lesson Study adalah : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
3. Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu adanya: (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b) materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran secara langsung.
4. Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara lain: (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
5. Penyelenggaraan Lesson Study dapat dilakukan dalam dua tipe: (a) Lesson Study berbasis sekolah; dan (a) Lesson Study berbasis MGMP.
6. Lesson Study dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, meliputi : (a) tahapan perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); (c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act).

~ References:
1. ^ Imai, Masaaki (1986). Kaizen: The Key to Japan's Competitive Success. New York, NY, USA: Random House.
2. ^ Europe Japan Centre, Kaizen Strategies for Improving Team Performance, Ed. Michael Colenso, London: Pearson Education Limited, 2000
3. ^ "Dictionary entry for Kaizen". J/E's Dictionary Server. Jeffrey Friedl. http://dict.regex.info/cgi-bin/
j-e/dosearch?
sDict=on&H=PS&L=J&T=kaizen&WC
=none&FG=r&BG=b&S=26. Retrieved on 2009-02-12.
4. ^ Huntzinger, Jim (First Quarter 2002). "The Roots of Lean: Training within Industry—the origin of Kaizen". AME Target 18 (1): 13. http://www.leaninstituut.nl/
publications/Roots_of_Lean_TWI.pdf. Retrieved on 2008-05-09.
5. ^ Liker, J. (2006). The Toyota Way Fieldbook. New York, NY, USA: McGraw-Hill.

Terima Kasih semoga bermanfaat!
Hubungan Lokal:
1. RINI KOBA (Ririungan Nihongo Kota Banjar)
~Tempat Kumpul Orang Banjar Penggemar aneka Jepang~
2. Anime SMANSABAN Fans Club
3. Manbaul Ullum Japanese Studies

Silahkan Kunjungi:
1.http://www.banjarcyberschool.co.cc
(Sekolah Maya Kota Banjar)
2.http://www.bitedu.co.cc
(Televisi Internet Pendidkan Kota Banjar)


Arip Nurahman

Guru dan Dosen Profesional