Jumat, 18 Desember 2009

Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial untuk Pendidikan

Belajar dengan Face Book, Friendster, Blog, Youtube dan Situs-situs Persahabatan lainnya

(Membuat Belajar Lebih "Asyik" dan Bersemangat)

http://www.banjarcyberschool.co.cc
http://seneby.wordpress.com

Contributors:

All SENEBIAN
(Alumni Generasi Pertama SBI SMAN 1 Banjar)

From Overseas:

1.Wael Alghamdi (Dar Al Fikr School 2007
Saudi Arabia)
2.Carolina Ibarra Castro (Chile)
3.Nuria Inés T.
(UNLP Argentina 05 & Universidad Politécnica de Catalunya,Ingeniería Aeronáutica
08)

Advisers:

Bpk. Dr. Onno W. Purbo, M.Sc.
(Pakar Telematika)
Bpk. Madyani Yogi Atmaja, Ph.D
(SITA & MIT)
Bpk. Arvino Mudjiarto
(President WorksCode Indonesia)
Bpk. Dadi Darmadi, Ph.D.
(Harvard University)
Bpk. Taufik Hidayat, M.Sc., Ph.D.
(University of Tokyo, Lecture in UPI)

Gembleng sauyunan
Singkil babarengan
Ngangkat darajat Ki Sunda
Moal saha deui
Anu bela pati
Ngan Ki Sunda berjuang
Ngabela hakna.
(Mang Koko)

Hope is dreaming of tomorrow
Hope is simmering under sorrow
-Vineet Bansal-

"Korobanu saki no tsue"
-bersedia-sedia lebih dahulu, meringankan kesukaran-kesukaran pada kemudian hari-

"Kannan kanji o tama ni su"
-penderitaan atau kesukaran-kesukaran membuat kamu menjadi permata-

OL (Online Learning)

Abstract

Online learning descends from computer-based training, interactive multimedia (dating from laser discs and more recently, CDs with online learning) and integrated learning centers.

With the internet boom since the mid 1990s, the concept of online learning has spread broadly. Online Learning can be thought of as a subset of the broader e-learning category because it refers specifically to content delivered via the Internet or Intranet.

For the younger children, there are free learning sites ranging from those that provide worksheets such as to those with interactive exercises. But, it is left to the parent to provide continuity, determine progress, and to assemble an overall program.

There are online subscription services for children that track the children and provide assessment, placement, continuity, and reports.

There are online universities ranging from legitimate distance learning systems to fly-by-night degree-mills.

Businesses use online learning to provide cost-effective training to their employees, partners, and customers.

As the number of students taking online classes continues to grow at a quick pace, the second wave of online college students is different: they are students who know the ingredients of a good online class, who are picky about which ones they sign up for and who will drop a class if the teacher turns out to be a dud. They are the new, savvy consumers of online education.

In response to their higher expectations, providers of online education are incorporating increasingly sophisticated teaching approaches such as educational animation that address the challenges of presenting dynamic content to learners.

Intro:

Situs-situs jejaring sosial sudah mulai dirasakan menghangat di negeri kita, Indonesia. Dari mualai FS (Friendster), FB (Facebook), Blog, Youtube dan lain-lain. Banyak pro dan kontra mengenai kemunculan sarana dunia maya ini, "Bagaikan dua sisi mata pedang", ungkap para pujangga.

Secara Filosofis setiap materi atau hakikat sesuatu, memang akan menimbulkan dampak negatif dan positif, namun disini jelas selaku pelajar dan generasi muda harapan bangsa kita harus arif dan bijaksana menyikapi permasalahan ini. "Dipositifkan saja", kata para ahli telematika.

Mari Ke Sekolah Cyber

Sejak dunia internet berkembang pada awal 1990-an, dan mulai memasuki Indonesia, kita diperkaya dengan sejumlah kosa kata (vocabulary) yang benar-benar baru dan terkesan sedikit ‘gagah’ seperti cyber-space, cyber-city, cyber-school, cyber-medicine.

Kata cyber dikonotasikan dengan sesuatu yang maya, sehingga kata cyber-space secara mudah dapat diartikan dengan dunia maya – suatu dunia yang kasat mata tetapi bisa dilihat dan dirasakan dengan perantara produk teknologi, seperti komputer dan peranti telekomunikasi. Lalu, dari mana dan bagaimana kata cyberspace itu muncul dan mulai meluas?

Ternyata, istilah itu berasal dari sebuah karya fiksi ilmiah. Pada tahun 1984, terbit Neuromancer, sebuah fiksi ilmiah yang berkisah seputar jalinan hubungan antara otak manusia dan jaringan komputer.

Dalam novel karangan William Gibson itulah, istilah cyber-space muncul untuk pertama kalinya. Kini, di ujung abad ke-20 ini, teknologi informasi dan komunikasi kian berkembang luar biasa, sehingga gambaran cyber-space yang dikhayalkan Gibson kian menjadi nyata.

Akhirnya kita bisa memahami makna cyber-space secara lebih konseptual. Yang paling sederhana adalah konsep dari Joan Buick dan Zoean Jevtiec, pengarang buku panduan bergambar buat para pemula, Mengenal Cyberspace.

"Cyberspace akhirnya diartikan sebagai kombinasi teknologi informasi, penyimpanan, dan pencarian dengan telekomunikasi global dan reproduksi audio-visual domestik," tulis Buick dan Jevtic.

Lebih filosofis lagi, cyber-space pada tingkat tertentu, dapat dilihat – bahkan dirasakan -- sebagai gaya hidup."Gaya hidup web," kata jugermaut industri perangkat lunak dan CEO Microsoft, Bill Gates.

Ia memang percaya world wide web yang merupakan kehandalan internet akan memberikan manfaat dan sejumlah kemudahan bagi kehidupan manusia – termasuk untuk mewujudkan suatu "masyarakat tanpa kertas", terutama untuk masa yang akan datang.

Gagasannya tentang masa depan memang tidak bisa dipisahkan dengan gagasannya mengenai suatu jaringan dunia, di mana "sebuah komputer pada setiap meja, dan di setiap rumah".

Percontohan Cyber School di Indonesia

Meski sejak beberapa bulan terakhir ini, Indonesia mencanangkan proyek Nusantara-21, kita melihat belum ada langkah yang bisa dikatakan sebagai kemajuan terhadap gagasan tersebut.

Berbeda dengan negara tetangga kita, Singapura yang sudah meluncurkan Singapore-ONE (One Network for Everyone)atau Malaysia yang sudah memulai proyek MSC (Multimedia Super Corridor). Malaysia bahkan mengundang Bill Gates berbicara di Kuala Lumpur pertengahan Maret lalu.

Dalam proyek itu, Malaysia yang juga berhasil menggaet Gates untuk berinvestasi, membangun sekolah-sekolah cerdas (Smart Schools) dan sebuah lembaga diklat untuk melahirkan programmer handal, Malaysian Young Programmer Club (MyPC).

Maka, tanpa gembar-gembor sebelumnya -- dan bukan merupakan bagian dari rencana Nusantara-21 yang kini entah mengendap di mana -- di tengah krisis moneter pula, tiba-tiba sebuah percontohan cyber school yang menggunakan berbagai fasilitas internet seperti net meeting, tele-conferencing dan video-conferencing (berbeda dengan virtual school atau virtual university yang sekadar memanfaatkan tutorial lewat fasilitas web semata) untuk sejumlah SMU (Sekolah Menengah Umum) sudah dilakukan di Bandung.

Artinya, cyber school terkesan lebih aktif, tetap membutuhkan ruang kelas, ruang seminar dan sejumlah peralatan labor – dan boleh dikatakan lebih "nyata".

Sebagai tahap awal merealisasikan pembentukan jaringan pendidikan itu ke seluruh Indonesia, Sonny Sugema College(SSC)sebagai penyedia fasilitas, saat ini baru merangkul sejumlah SMU Depdikbud di Kotamadya Bandung, kata Presiden Direktur SSC, H. Sonny Sugema, MBA di Bandung,(Antara, 15/4/98).

Dalam acara peresmian jaringan pendidikan melalui internet antara SSC bekerjasama dengan Kandepdikbud Kotamadya Bandung dan PT Indosat, ia mengatakan, dalam tahap selanjutnya selain SMU akan dikembangkan ke sekolah-sekolah lanjutan pertama (SLTP) dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Jaringan pendidikan melalui internet yang pertama kali diterapkan di Indonesia itu, menurut Sonny, sampai saat ini sudah terjaring tujuh SMU Negeri di Bandung yang telah diresmikan dan online serta memiliki web sites (situs web/halaman informasi) di internet, yaitu SMUN 23, SMUN 2, SMUN 3, SMUN 5, SMUN 8, SMUN 22 dan SMUN 1, sekaligus dijadikan proyek percontohan dalam pengembangan kegiatan selanjutnya.

Dalam mewujudkan terbentuknya jaringan pendidikan tersebut, untuk langkah awal, PT Indosat sebagai provider (penyedia jasa layanan internet) telah bersedia memberikan 27 account (suatu saluran dari provider yang memungkinkan komputer mengakses atau diakses internet) secara cuma-cuma kepada SSC selama enam bulan. SSC sebagai penyedia fasilitas hosting dan multimedia gratis kepada sekolah-sekolah, mendistribusikan ke 27 account gratis tersebut ke 27 sekolah dan lembaga terkait yang sudah menjadi anggota jaringan pendidikan.

Untuk hosting, SSC menyediakan fasilitas multimedia secara cuma-cuma kepada sekolah-sekolah yang sudah menjadi anggota. Fasilitas yang ditawarkan meliputi free e-mail dan free homepage basic design secara gratis, net meeting, tele-conferencing dan video-conferencing yang memungkinkan sekolah-sekolah tersebut menyelenggarakan proses belajar mengajar jarak jauh.

Semoga bermanfaat

"SALAM PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN"

References:

The Technology of Teaching
# ^ Holmberg, B. (2005). The evolution, principles and practices of distance education. Bibliotheks-und Informationssystem der Universitat Oldenburg. p. 13.
# ^ Moore, Michael G.; Greg Kearsley (2005). Distance Education: A Systems View (Second ed.).Belmont, CA: Wadsworth. ISBN 0-534-50688-7.
# ^ "Key Facts", University of London External Programme Website, http://www.londonexternal.ac.uk/about_us/facts.shtml
# ^ White, M. (1982). 'Distance education in Australian higher education — a history', Distance Education, Vol. 3, Issue 2, pp. 255-278.

Para Penulis:

1. Achmad Yozar P. (UNSOED)
2. Ade Akhyar N. (UNSOED)
3. Adinugroho S. (UNSOED)
4. Aditya Wahyu T. (IPB)
5. Agung Febrianto (UNSOED)
6. Ani Herawati (UNPAD)
7. Arif Nurahman (UPI)
8. Christian Suhindar (MARANATHA)
9. Diah Restu W. (STMB)
10. Dian Cesar M. (UPI)
11. Dian Hadiana (IT Telkom)
12. Dine Risdiani (UPI)
13. Dini Mahdiani (ITB)
14. Dita Juwita S. (UNPAD)
15. Estin Nofiyanti (UNY)
16. Ferra Wulandari D.S. (UPI)
17. Fitri Dwiyanti (STIS)
18. Fitria Intansari (UPI)
19. Genta Nazwar T. (UNPAD)
20. Gina Riadilah (STAN IM)
21. Ginanjar Fahrul M. (ITB)
22. Hendri Agus H. (AKMIL Magelang)
23. Heni Henrayani (UPI)
24. Irene K. (UNSOED)
25. Ita Dwi K. (IPB)
26. Kurniawan (STIKES BP)
27. Lia Rosmalia (UPI)
28. Meta N. (MARANATHA)
29. Lucky Nurhalim (STMB)
30. Merry Anggraeni (UNY)
31. Nano Kuswoyo (UNSOED)
32. Nararya Rahadyan B. (UNY)
33. Novia W. (STA Bandung)
34. Putri Ayu K. (UNPAD)
35. Ricky Taufiqurrohman (UGM)
36. Riki (Universitas Indonesia)
37. Rina (ST Islam)
38. Sesty Dian R. (UNPAD)
39. Tria Yodhiaswara (UNSOED)
40. Yuni Susilawati (UPI)
41. Yuyun Rahayu (UPI)

Selasa, 17 November 2009

Koshiba, Nilai Merah Mendapat Nobel

Contributors:

Herni Yuniarti S. (Physics UPI)
Angga Fuja Widiana (Physics UPI
Bambang Achdiyat (Physics UPI)
Rizkiyana Putra M. (Physics UPI)
Anton Timur J. (Astronomi ITB)
Ridwan Firdaus (Geografi UN Jakarta)
Aiko Fukushima (Japan)
Joy Chen (China)

1.www.banjarcyberschool.co.cc
2.www.banjarastrophysics.co.cc
3.www.tokobaedu.co.cc

Advisers:

Bpk. Madyani Yogi A., Ph.D.
(MIT & SITA)
Bpk. Muhammad Arifin, M.Sc., Ph.D.
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Taufik Hidayat, M.Sc., Ph.D
(Tokyo Univ. & UPI)
Bpk. Endang Jaenudin, S.Pd.
(SMAN 1 Banjar)
Bpk. Itam Kistamaji, S.Si.
(SMAN 1 Banjar)

"Ku wa raku no tane"
-Kesusahpayahan ialah benih yang menyenangkan-

"Fudewa ken Yorimo Tsuyoshi"
-Pena lebih berkuasa dari pedang-

"Yu wa yasuku okonan wa katashi"
-Menyatakan mudah, melaksanakan sukar-

“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” ~~ Gandhi

“I have discovered few learning disabled students in my three decades of teaching. I have, however, discovered many, many victims of teaching inabilities.” ~~ Marva Collins



Name: KOSHIBA, Masatoshi.
Date/Place of Birth: September 19, 1926/Toyohashi city, Aichi Pref., Japan.
Nationality: Japanese.
Marital status: Married to Kyoko KATO on October 5, 1959, in Tokyo.
Permanent address: 4-11-7 Shimoigusa, Suginami, Tokyo 167-0022 Japan.
Tel/Fax: 81-3-3396-6868,
e-mail: mkoshiba@icepp.s.u-tokyo.ac.jp.

Education
Mar. 1951: Graduated from University of Tokyo, physics major.
Apr. '51 to Mar. '53: Graduate School, University of Tokyo.
Sep. '53 to Jun. '55: Graduate School, University of Rochester, Rochester, N.Y.
Received Ph.D in physics: Thesis on Ultra-High- Energy Phenomena in Cosmic Rays.

Introduction


Masatoshi Koshiba (小柴 昌俊 Koshiba Masatoshi, born on September 19, 1926 in Toyohashi, Aichi Prefecture) is a Japanese physicist who won the Nobel Prize in Physics in 2002.

He graduated from the University of Tokyo, School of Science in 1951 and received a Ph.D. in physics at the University of Rochester, New York, in 1955.

From July 1955 to February 1958 he was Research Associate, Department of Physics, University of Chicago; from March 1958 to October 1963, he was Associate Professor, Institute of Nuclear Study, University of Tokyo, although from November 1959 to August 1962 he was on leave from the above as Senior Research Associate with the honorary rank of Associate Professor and as the Acting Director, Laboratory of High Energy Physics and Cosmic Radiation, Department of Physics, University of Chicago.

At the University of Tokyo he became Associate Professor in March 1963 and then Professor in March 1970 in the Department of Physics, Faculty of Science, and Emeritus Professor there in 1987.

From 1987 to 1997, Koshiba taught at Tokai University. In 2002 he won the Nobel Prize in Physics "for pioneering contributions to astrophysics, in particular for the detection of cosmic neutrinos".

(He was co-winner of the Nobel Prize with Raymond Davis Jr. & Riccardo Giacconi of the U.S.)

He is now Senior Counselor of ICEPP and Emeritus Professor of University of Tokyo.

Koshiba's award-winning work centred on neutrinos, subatomic particles that had long perplexed scientists. Since the 1920s it had been suspected that the Sun shines because of nuclear fusion reactions that transform hydrogen into helium and release energy.

Later, theoretical calculations indicated that countless neutrinos must be released in these reactions and, consequently, that Earth must be exposed to a constant flood of solar neutrinos.

Because neutrinos interact weakly with matter, however, only one in a trillion is stopped on its way to Earth. Neutrinos thus developed a reputation as being undetectable.

In the 1980s Koshiba, drawing on the work done by Raymond Davis Jr, constructed an underground neutrino detector in a zinc mine in Japan. Called Kamiokande II, it was an enormous water tank surrounded by electronic detectors to sense flashes of light produced when neutrinos interacted with atomic nuclei in water molecules.

Koshiba was able to confirm Davis's results—that the Sun produces neutrinos and that fewer neutrinos were found than had been expected (a deficit that became known as the solar neutrino problem).

In 1987 Kamiokande also detected neutrinos from a supernova explosion outside the Milky Way. After building a larger, more sensitive detector named Super-Kamiokande, which became operational in 1996, Koshiba found strong evidence for what scientists had already suspected—that neutrinos, of which three types are known, change from one type into another in flight; this resolves the solar neutrino problem, since early experiments could only detect one type, not all three.

Prof. Koshiba is a member of the Board of Sponsors of The Bulletin of the Atomic Scientists.


Nilai Merah Mendapat Nobel


Selama beberapa tahun terakhir tempat kediaman Profesor Masatoshi Koshiba di Tokyo, Jepang, selalu diserbu oleh para wartawan yang ingin bersama-sama menunggu kabar dari Stockholm, Swedia, yang memberitahukan bahwa profesor kebanggaan bangsa Jepang itu telah memenangkan Nobel Fisika.

Selama beberapa tahun pula berita kemenangan yang mereka tunggu-tunggu itu tidak kunjung datang.

Hari itu, 8 Oktober 2002, sekitar 20 wartawan tetap menunggu dengan sabar di kediaman Koshiba seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan berita yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Nobel Fisika tahun 2002 dihadiahkan kepada Masatoshi Koshiba dan Raymond Davis, Jr. (atas penemuannya di bidang astrofisika berkaitan dengan pendeteksian neutrino kosmis), dan Riccardo Giacconi (juga di bidang astrofisika, berkaitan dengan penemuan sumber-sumber sinar-X kosmis).

Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Ia mengenyam pendidikannya di sebuah sekolah menengah atas di Yokosuka, yang juga merupakan tempat Perdana Menteri Junichiro Koizumi bersekolah.

Koshiba remaja bercita-cita untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel bersejarah).

Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring dan beristirahat. Masa-masa pemulihannya dilalui dengan membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang diberikan oleh gurunya.

Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya.



"Menurut guru itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena nilai-nilainya di mata pelajaran eksakta itu sangat buruk."


Komentar inilah yang membuat Koshiba memilih jurusan fisika di Tokyo University.

Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University, Koshiba mendapatkan penolakan yang membuatnya mencoba kembali untuk kedua kalinya. Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil.

Koshiba mulai mempelajari fisika di Tokyo University sambil melakukan pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya.

Kesibukannya mencari nafkah itu hampir saja menggagalkan usahanya dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi. Saat itu ia tidak memiliki banyak waktu untuk hadir di setiap kuliah, bahkan dalam satu minggu ia hanya mempunyai waktu untuk mengikuti satu kuliah saja.

Dengan kondisi seperti itu tidak ada yang menyangka bahwa Koshiba akan berhasil lulus (1951). Berbeda dengan riwayat para pemenang Nobel lainnya, yang biasanya mencatatkan prestasi akademis yang menakjubkan, Koshiba justru lulus dengan nilai terendah. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa dalam mencoba mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke University of Rochester, Amerika Serikat, dengan berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University yang secara jujur menyatakan:

"His results are not good, but he’s not that stupid."

Ia diterima di University of Rochester dan mendapatkan gelar Ph.D. di sana pada tahun 1955. Pada tahun 1958 Koshiba kembali ke Tokyo University untuk bekerja di sana sampai 31 Maret 1987, sebelum pindah ke Tokai University sampai ia pensiun di tahun 1997.

Koshiba yang sewaktu lulus dari Tokyo University mendapatkan nilai terendah akhirnya menjadi profesor fisika di tempat yang sama.

Satu bulan sebelum ia mengakhiri masa kerjanya di Tokyo University (23 Februari 1987), Koshiba berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino, yang jejaknya dideteksi menggunakan detektor Kamiokande (untuk menghasilkan ledakan supernova) yang dirancang dan dibuatnya sendiri.

Penemuannya ini melahirkan bidang penelitian baru yang sangat penting dalam astrofisika, yaitu astronomi neutrino.

Selain hadiah Nobel Fisika, penemuannya ini juga telah menganugerahinya berbagai penghargaan lain di dunia internasional, seperti Der grosse Verdienstkreutz dari presiden Jerman Barat, Order of Cultural Merit dari Kaisar Jepang, dan Wolf Prize dari president Israel.

Koshiba juga terdaftar sebagai anggota American Physical Society, Physical Society of Japan, dan Japanese Astronomical Society.

"Kannan kanji o tama ni su"
-penderitaan atau kesukaran-kesukaran membuat kamu menjadi permata-

"Ni kara deta sabi"
-Siapa yang berbuat, ia sendiri yang akan menanggung akibatnya-

Hubungan Organisasi:

1. Fisika Bumi Siliwangi Research Center
2. Tim Olimpiade Kota Banjar
3. Banjar Astro Physics Association
4. Pusat Persaudaraan Tim Olimpiade Fisika Astronomi Wilayah Sunda
5. TOFI Yohanes Surya
6. Ririungan NIHONGO Kota Banjar

References:

1. Yohanes Surya Institute
2. Nobel Prize Org.
3. Wikipedia
4. Japanese HAIKU

Ucapan Terimakasih:

1. Greatest Our Parents & Teachers
2. Greatest Our Friends Forever
SENEBIAN, RANGER & All

"Salam Pendidikan untuk Peradaban"

Sabtu, 17 Oktober 2009

Gempa Tasik = 24.000 x lipat Energi Bom Atom Hiroshima

http://lasonearth.wordpress.com/ (Portal Bumi Kota Banjar)
http://www.usgs.gov/ (United States Geological Survey)
http://www.bmg.go.id/depan.bmkg (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) http://cakrawala-upi.blogspot.com (Cakrawala UPI)

Surah: 99. AL ZALZALAH(KEGONCANGAN)
[99:1] Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
[99:2] dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
[99:3] dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
[99:4] pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
[99:5] karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
[99:6] Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
[99:7] Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
[99:8] Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Telah terjadi gempa tektonik yang kuat di kawasan Samudra Hindia lepas pantai selatan Jawa Barat pada hari Rabu 2 September 2009 pukul 14:55 WIB. Episentrum gempa berada pada koordinat:

~ Earthquake Details:
Magnitude: 7.0
Date-Time:

*Wednesday, September 02, 2009 at 14:55:30 WIB
* Wednesday, September 02, 2009 at 07:55:01 UTC
* Wednesday, September 02, 2009 at 02:55:01 PM at epicenter
* Time of Earthquake in other Time
Zones Location 7.770°S, 107.324°E Depth 49.5 km (30.8 miles) Region JAVA, INDONESIA

Distances:
*95 km (60 miles) SSW of Bandung, Java, Indonesia.

*110 km(65 miles) SSE of Sukabumi, Java, Indonesia
*115 km (70 miles) WSW of Tasikmalaya, Java, Indonesia
*190 km (120 miles) SSE of JAKARTA, Java, Indonesia
*Location Uncertainty horizontal +/- 7 km (4.3 miles);
*depth +/- 12.7 km (7.9 miles)
*Parameters NST=209, Nph=209, Dmin=353.2 km, Rmss=1.14 sec, Gp= 29°, M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=8
*Source USGS NEIC (WDCS-D)
*Event ID us2009lbat
* This event has been reviewed by a seismologist.

Rankaian Gempa yang terjadi di berbagai belahan bumi sebelumnya pada bulan Agustus:

* Magnitude 6.6 SAMOA ISLANDS REGION August 30, 2009
* Magnitude 6.2 NORTHERN QINGHAI, CHINA August 28, 2009
* Magnitude 6.8 BANDA SEA August 28, 2009
* Magnitude 3.7 COLORADO August 18, 2009
* Magnitude 6.6 SOUTHWESTERN RYUKYU ISLANDS, JAPAN August 17, 2009
* Magnitude 6.6 KEPULAUAN MENTAWAI REGION, INDONESIA August 16, 2009
* Magnitude 6.6 IZU ISLANDS, JAPAN REGION August 12, 2009


Lokasi gempa ini Berdekatan sekali dengan koordinat episentrum gempa tektonik kuat 17 Juli 2006 (Silam/Gempa Pangandaran) magnitude 7,7 Mw. yang menyebabkan tsunami pembunuh dan menelan korban Jiwa > 400 orang.

Beachball model ala USGS (United States Geological Survey) menunjukkan mekanisme fokus gempa ini adalah pematahan naik miring (oblique thrust) pada kerak Bumi di lokasi sumber gempa.

MAHA BESAR ALLOH S.W.T.Dengan Segala Ke-Kuasaannya.

Kalkulasi sederhana menunjukan gempa ini melepaskan energi 480 megaton TNT atau 24.000 kali lipat lebih besar ketimbang Energi Bom Atom Hiroshima. Gempa utama berlangsung selama -/+ 60 Detik, dan menghasilkan pematahan segmen batuan di lokasi sumber gempa sepanjang 40 Km berarah barat daya-tenggara, dengan lebar segmen batuan sebesar 20 Km.

Keseluruhan segmen batuan ini kemudian bergerak dengan pergeseran rata-rata 1,6 m dan menyebabkan terjadinya pengangkatan dasar laut rata-rata sebesar 1,2 m. Ini memproduksi sebuah tsunami kecil dengan energi "hanya" 0,4 Kiloton dan magnetude tsunaminya (Mt) bernilai 7,2.

Tsunami kecil ini terasakan di pantai pelabuhan ratu sebagai gelombang dengan Vertical run-up alias "tinggi gelombang" 20 cm. Pada pesisir selatan jawa tengah dan DIY, vertical run-up tsunami tinggal 7-10 cm saja sehingga tidak signifikan lagi.

Dengan kecilnya energi dan vertical run-up, maka potensi bahaya yang ditimbulkan tsunami ini sama dengan nol. Yang harus dicatat adalah guncangannya. Gempa menghasilkan guncangan berintensitas 8 MMI di episentrumnya.

Kota Bandung, Sukabumi dan Tasikmalaya. Menderita guncangan berintensitas 6 MMI, sementara Jakarta yang terletak 190 Km dari episentrum diguncang getaran 5 MMI.

Sebagai gambaran, guncangan 6 MMI telah sanggup membangunkan orang tidur dan menyebabkan keretakan pada bangunan. Namun lokalitas tanah setempat dan kemungkinan adanya patahan tersembunyi yang mendistribusikan Energi gempa ini yang melintasi Tasikmalaya, membuat gempa ini menyebabkan kerusakan terbesar di Tasikmalaya.

Sebagaimana disinggung di atas, episentrum gempa ini persis di sebelah barat laut episentrum gempa tsunami, 17 Juli 2006 silam, sehingga masih berada dalam lokasi Triple Junction (Pertemuan) terusan patahan Ujung Kulon (yang dikenal luas sebagai sambungan dari patahan besar Sumatera).

Dengan Zona subduksi Samudera Hindia. Tofografi lokasi ini kemungkinan besar lebih landai sehingga guncangan gempa tidak sanggup menyebabkan kelongsoran besar-besaran nan massif, didasar laut lokasi sumber gempa, faktor yang menyebabkan mengapa gempa sejenis pada 2006 silam menjadi demikian destrktif tsunaminya.

Gempa-gempa susulan akan terus terjadi sebagai bagian dari segmen batuan yang terpatahkan mencari keseimbangannya, guna menyetabilkan diri pasca peristiwa ini. Namun magnitude gempa susulan senantiasa lebih kecil dibanding gempa utama, sehinga tidak perlu dikhawatirkan terkecuali di daerah-daerah yang menderita kerusakan terparah, dimana bangunan sudah terpengaruh.

Pengalaman di Yogyakarta, gempa susulan pasca gempa utama 27 Mei 2006 masih sanggup meruntuhkan bangunan (yang telah rusak), di terusan patahan Opak dan menewaskan relawan yang bertugas di sana.
Mari sing-singkan lengan baju, siapkan bantuan dan keperluan yang dibutuhkan.! Inilah saatnya untuk lebih peduli ke Sesama kita.!

Wallohualam Bissawab

Jumat, 18 September 2009

Pensiunnya Prof. Stephen William Hawking

Contributors:

1. Anton Timur J. (ITB)
2. Widia Prima (STT Garut)
3. Kurniawan (STIKES BP Banjar)
4. Ismail Muhammad S. (UNSOED)
5. Marwanto (UM Jogjakarta)
6. Ridwan Firdaus (UN Jakarta)
7. Uman Miftah S. (UII Jogjakarta)
8. Erwin Prilesmana (STIT BP Banjar)

From Overseas:

1. David Froster (Cambridge University)
2. Wael Alghamdi (MIT Dept. Mathematics)

"Saya orang yang paling beruntung di dunia".
~Stephen W. Hawking~

"Intelligence is the ability to adapt to change"
~Stephen Hawking~

"To confine our attention to terrestrial matters would be to limit the human spirit"
~Stephen Hawking~

"My goal is simple. It is a complete understanding of the universe, why it is as it is and why it exists at all"
~Stephen Hawking~

Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942; umur 67 tahun) adalah seorang ahli fisika teoritis. Ia adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang Matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge.

Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan popnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.

Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.

Meskipun mengalami cacat jasmani yang luar biasa dan mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena motor neuron disease, karir ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun.

Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia.
Sekarang ini, Mr. Hawking mengalami penyakit ALS (sklerosis lateral amiotrofik) sebuah sindrom yang menyerang sistem motorik tubuh, seperti tak mampu berjalan.

Namun walaupun begitu di tetap bersemangat seperti ia katakan:

"Saya orang yang paling beruntung di dunia".

Penyakit ini menyerangnya pada umur 28 tahun.

Hawking Tinggalkan Kursi Newton

Astrofisikawan Inggris, Stephen Hawking, akan pensiun tahun depan sebagai Profesor Lukasian Matematika di Universitas Cambridge, posisi yang dulu pernah dipegang Isaac Newton.

Sudah merupakan kebijakan lembaga pendidikan itu bahwa pemegang jabatan tersebut harus pensiun pada usia 67 tahun, kata seorang juru bicara universitas itu seperti dilaporkan AFP yang dikutip Antara.

Hawking, yang telah memegang jabatan ini sejak 1979 dan bekerja pada Cambridge sejak 1962, genap berusia 67 tahun pada Januari lalu.

Ilmuwan itu, yang bukunya antara lain A Brief History of Time dan berusaha memopulerkan studi tentang fisika bintang, tetap bekerja di universitas itu, sedangkan profesor baru akan diangkat.

Hawking menderita penyakit syaraf motor yang disebut amyotrophic lateral sclerosis (ALS), sehingga dirinya hampir lumpuh dan hanya dapat berkomunikasi lewat bantuan komputer.

Menurut beberapa media online, yang menempati posisi Lucasian Chair of Mathematics disebut Lucasian Professor yang harus menyandang profesor matematika di Universitas Cambridge.

Jabatan tersebut dibentuk pada 1663 oleh Henry Lucas, anggota parlemen Universitas Cambridge pada 1939-1640.

Posisi tersebut akhirnya dikukuhkan oleh Raja Charles II pada 18 Januari 1664.
Lucas, sesuai dengan harapannya, menghibahkan perpustakaan yang memiliki koleksi sekitar 4.000 volume terbitan kepada Universitas itu.

Nama paling terkenal yang memegang jabatan itu adalah ilmuwan nomor wahid dunia, Isaac Newton.
Raja Charles II memberikan 'tugas suci' kepada Newton untuk menjalankan misi keilmuannya.

Research fields

Hawking's principal fields of research are theoretical cosmology and quantum gravity.

In the late 1960s, he and his Cambridge friend and colleague, Roger Penrose, applied a new, complex mathematical model they had created from Albert Einstein's general theory of relativity.

This led, in 1970, to Hawking proving the first of many singularity theorems; such theorems provide a set of sufficient conditions for the existence of a singularity in space-time.

This work showed that, far from being mathematical curiosities which appear only in special cases, singularities are a fairly generic feature of general relativity.

He supplied a mathematical proof, along with Brandon Carter, Werner Israel and D. Robinson, of John Wheeler's "No-Hair Theorem" – namely, that any black hole is fully described by the three properties of mass, angular momentum, and electric charge.
Hawking also suggested that, upon analysis of gamma ray emissions, after the Big Bang, primordial or mini black holes were formed.

With Bardeen and Carter, he proposed the four laws of black hole mechanics, drawing an analogy with thermodynamics. In 1974, he calculated that black holes should thermally create and emit subatomic particles, known today as Hawking radiation, until they exhaust their energy and evaporate.

In collaboration with Jim Hartle, Hawking developed a model in which the Universe had no boundary in space-time, replacing the initial singularity of the classical Big Bang models with a region akin to the North pole: One cannot travel North of the North pole, as there is no boundary there.

While originally the no-boundary proposal predicted a closed Universe, discussions with Neil Turok led to the realisation that the no-boundary proposal is also consistent with a Universe which is not closed.

Hawking's many other scientific investigations have included the study of: quantum cosmology, cosmic inflation, helium production in anisotropic Big Bang universes, large N cosmology, the density matrix of the universe, topology and structure of the universe, baby universes, Yang-Mills instantons and the S matrix, anti de Sitter space, quantum entanglement and entropy, the nature of space and time, including the arrow of time, spacetime foam, string theory, supergravity, Euclidean quantum gravity, the gravitational Hamiltonian, Brans-Dicke and Hoyle-Narlikar theories of gravitation, gravitational radiation, and wormholes.

At a George Washington University lecturer in honors of NASA's 50th anniversary, Prof. Hawking theorized on the existence of extraterrestrial life: "Primitive life is very common and intelligent life is fairly rare.

The Lucasian Professorship:

The Lucasian Professorship was originally granted to the University of Cambridge by Henry Lucas, in December 1663. Henry Lucas, Member of Parliament for the university, had left instructions in his will for the purchase of land to support the professorship.

Below is a list of the past Lucasian Professors.

Name Born-died Period with Chair Major area of research

1. Isaac Barrow 1630-1677 1664-1669 Classics & Mathematics

2. Sir Isaac Newton 1642-1727 1669-1702 Mathematics & Physics

3. William Whiston 1667-1752 1702-1710 Mathematics

4. Nicolas Saunderson 1682-1739 1711-1739 Mathematics

5. John Colson 1680-1760 1739-1760 Mathematics

6. Edward Waring 1736-1798 1760-1798 Mathematics

7. Isaac Milner 1750-1820 1798-1820 Mathematics & Chemistry

8. Robert Woodhouse 1773-1827 1820-1822 Mathematics

9. Thomas Turton 1780-1864 1822-1826 Mathematics

10. Sir George Airy 1801-1892 1826-1828 Astronomy

11. Charles Babbage 1792-1871 1828-1839 Mathematics & Computing

12. Joshua King 1798-1857 1839-1849 Mathematics

13. Sir George Stokes 1819-1903 1849-1903 Physics & Fluid Mechanics

14. Sir Joseph Larmor 1857-1942 1903-1932 Physics

15. Paul A.M. Dirac 1902-1984 1932-1969 Physics

16. Sir M. James Lighthill 1924-1998 1969-1980 Fluid Mechanics

17. Stephen W. Hawking 1942- 1980-2009 Theoretical Physics.

Selasa, 18 Agustus 2009

Perbandingan Pendidikan Usia Dini & Dasar di Jepang

Sebuah Perbandingan antara Indonesia dan jepang

Ditulis Ulang Oleh: Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University.


~ Sources:
1. Prof. Ishizaka Kazuo, Ph.D.
(Chief of Research Section of National Institute for Educational Research
Kato Koji, Professor of Education, Sophia University)

2. Mr. Ken Noguchi, Kepala Bagian Pendidikan, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
(Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
Jl. M.H. Thamrin 24, Jakarta 10350
Tel : 021-3192-4308 (Hunting)
Fax : 021-3192-4820
E-mail : beasiswa@eoj.ntt.net.id
URL : http://www.id.emb-japan.go.jp
Jam Kerja : Senin-Jumat, 08:30-16:00 WIB (12:30-13:30 WIB Istirahat)

"Hanya satu saja pertanyaan Kaisar Hirohito pada saat itu (Ketika Hirosima dan Nagasaki dimusnahkan oleh bom atom) ialah:, "Apakah guru masih ada yang hidup?" Hirohito tidak menanyakan yang lain, tetapi hanya menanyakan guru. Begitu diketahui bahwa guru masih ada yang hidup, beliau pun tersenyum."

~ Abstract
In Japan, education is compulsory at the elementary and lower secondary levels. Virtually all students progress to the upper secondary level, which is voluntary. Most students attend public schools through the lower secondary level, but private education is popular at the upper secondary and university levels.

~ Intro:
"Guru dan Dosen adalah ujung tombak bangsa Indonesia. Kalau mau memiliki Universitas Kelas Dunia, Perekonomian Kelas dunia, Olahragawan Dunia. Mari kita junjung tinggi profesionalisme guru dan dosen. Guru hebat murid super dahsyat". TK atau youchien (幼稚園)bertujuan untuk mengasuh (保育) anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam artikel no 78 dijelaskan tata caranya :

1. Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.

2. Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.

3. Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi

4. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya.

5. Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.

TK mengintrepretasikan tujuan tersebut dalam silabus pembelajaran yang saya pikir hampir sama di setiap sekolah.

~ Contents:
Shōgakkō (小学校) are elementary schools in Japan.
More than 99% of Japanese elementary school-age children are enrolled in school. All children enter first grade at age six, and starting school is considered a very important event in a child's life.

Virtually all elementary education takes place in public schools; less than 1% of the schools are private. Private schools tended to be costly, although the rate of cost increases in tuition for these schools had slowed in the 1980s.
Some private elementary schools are prestigious, and they serve as a first step to higher-level private schools with which they are affiliated, and thence to a university. Competition to enter some of these "ladder schools" is quite intense.

Although public elementary education is free, some school expenses are borne by parents, for example, school lunches and supplies. For many families, there are also nonschool educational expenses, for extra books, or private lessons, or juku.
Such expenses rose throughout the 1980s, reaching an average of 184,000 Yen in FY 1987 for each child. Costs for private elementary schools are substantially higher.
Elementary school classes are large, about thirty-one students per class on average, but higher numbers are permitted.

Students are usually organized into small work groups, which have both academic and disciplinary functions.
Discipline also is maintained, and a sense of responsibility encouraged, by the use of student monitors and by having the students assume responsibility for the physical appearance of their classroom and school.

~ Sebuah pengalaman
Ketika melihat foto anak-anak sedang mengikuti kegiatan di shougakkou (SD) dan youchien (TK), mata sempat tertuju pada foto kegiatan bersih-bersih pantai.

Foto di sepanjang jalan menuju pantai ketika anak-anak kelas 1 SD digandeng oleh kakak kelas 6. Ada satu hal yang menarik di sini, anak-anak yang baru memasuki tahap SD (kelas 1) masing-masing mempunyai pendamping dari anak-anak yang mau lulus SD (kelas 6).

Setiap kegiatan sekolah yang melibatkan semua kelas, fenomena pendamping kelas 6 untuk kelas 1 selalu ada. Kalau Kita (Muslim) menganalogikan dengan hijrah Nabi, dimana kaum Muhajirin yang baru datang betul-betul terbantu oleh kaum Anshar.

Ada lagi yang menjadi perhatian kami adalah setiap ada event di sekolah, misalnya pertunjukan di panggung dan pertandingan (happyoukai, undokai, marason, dan lainnya) selalu ada pembagian tugas yang sangat rapi antar guru dan staf lain, setiap orang selalu siap dengan pos tugasnya sendiri, cepat dan tepat, sehingga kegiatan selalu diawali dan diakhiri tepat waktu.
Kalau di SD anak-anak kelas besar (kelas 5 dan 6) sudah mendapat jatah tugas ini. Pengalaman menyenangkan selama bersekolah di sekolah Jepang akan menjadi kenangan indah bagi anak-anak.

Pelajaran sekolah yang menyenangkan yang tidak terlalu banyak beban, tidak ada istilah "tidak naik kelas" karena semua anak pasti naik kelas, dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya yang lebih memupuk anak ke arah kreatifitas berpikir dan berkarya.

Pendidikan dasar di Jepang lebih didominasi pendidikan bahasa dan olah raga. Bahasa Jepang yang meliputi hiragana, katakana, dan ribuan kanji memang dimulai sejak dini. Pelajaran olah raga yang cukup banyak dan kebiasaan berjalan kaki ke sekolah cukup menempa jasmani anak-anak. Semoga yang positif ini membawa manfaat bagi anak-anak yang sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Jepang.

~ Conclusion:
Hendaknya kita harus serius dan tidak main-main dalam masalah pendidikan, terutama pendidikan usia dini dan dasar. Pendidikan pada tahap ini haruslah diperhatikan dan ditangani secara professional. Kita harus semangat dan optimis terhadap pendidikan dan masa depan bangsa kita, khususnya Kota Banjar tercinta, mari kita bangun pendidikan yang lebih baik.

~ Acknowledgements:
Kepada orang tua, guru-guru tercinta, serta teman dan sahabat, terima kasih atas dukungan kalian. Tanpa kalian semua saya bukan apa-apa, itulah kenapa kekeluargaan, persahabatan merupakan harta yang tidak ternilai harganya.

"Sabishisa wo toute kurenu ka kiri hito-ha"
~A paulownia leaf has fallen; Will you not come to me in my Loneliness?~

Terima Kasih semoga bermanfaat!
Hubungan Lokal:
1. RINI KOBA (Ririungan Nihongo Kota Banjar)
~Tempat Kumpul Orang Banjar Penggemar aneka Jepang~
2. Anime SMANSABAN Fans Club
3. Manbaul Ullum Japanese Studies

Silahkan Kunjungi:
1.http://www.banjarcyberschool.co.cc
(Sekolah Maya Kota Banjar)
2.http://www.bitedu.co.cc
(Televisi Internet Pendidkan Kota Banjar)
3.http://murniramli.wordpress.com/
(Berguru)
4.http://ksuheimi.blogspot.com/2009/01/guru-adalah-pahlawan.html


Arip Nurahman

Guru dan Dosen Profesional

Sabtu, 18 Juli 2009

Optimalisasi Peranan Karang Taruna di Kota Banjar untuk Program PUAP

Oleh:
Karsan*
Arip Nurahman*
Deni Nugraha*

"Beri aku sepululuh pemuda akan ku goncangkan dunia"
~Ir. Sukarno~
"Keberhasilan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan dukungan anggaran dari tingkat pusat sampai daerah"
~Ir. Anton Apriyantono, M.S., Ph.D.
(Mentri Pertanian)~

Selayang Pandang
Sejauh ini peranan karang taruna dalam kehidupan masyarakat dirasa kan belum optimal, mengapa demikian, ada beberapa faktor yang memperkuat opini tersebut diantaranya
adalah:

1. Peran aktif dan wujud nyatanya menurut survei tidak terlalu signifikan terhadap pembangunan desa.

2. Tidak adanya pembinaan yang berkelanjutan dan terstruktur serta teraarah dari aparatur pemerintahan terkait (Terlalu sibuk sepertinya)

3. Pola pikir kaum muda itu sendiri yang enggan mengoptimalisai lingkungannya untuk lebih maju.

Dapat dilihat dalam program PUAP pun, peran serta Pemuda (KARANG TARUNA) tidak begitu berperan, oleh karena itu, semestinya ada langkah "out of the box" menyandingkan KARANG TARUNA dengan program tersebut agar, tercipta suatu kemajuan bersama. Semoga!


Intro:
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial.

Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada.

Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.

karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun. Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, advokasi, keagamaan dan kesenian.

ORGANISASI PELAKSANAAN PUAP di Tingkat Kabupaten/Kota

1. Tingkat Kabupaten/Kota
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi, Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang menangani Penyuluhan Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia Mitra Tani (PMT) dan instansi terkait lainnya.

Tugas utama dari tim Teknis Kabupaten/Kota adalah merumuskan kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan umum Pusat dan kebijakan teknis Provinsi, mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota, menyetujui RUB yang diusulkan GAPOKTAN dan melakukan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Kecamatan dan Desa.

2. Tingkat Kecamatan
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan, maka Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan. Tim Teknis Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota.

Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan kebijakan teknis yang dirumuskan oleh Bupati/Walikota dan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Desa lingkup kecamatan.

3. Tingkat Desa
Pelaksana PUAP di tingkat Desa terdiri dari GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN ditetapkan/dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.

Penyuluh Pendamping setelah mengikuti pelatihan mengisi Formulir 3 sebagai data dasar penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Bupati/Walikota.

Tugas utama Penyuluh Pendamping adalah:

1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian;

2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha;

3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan;

4. Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa.

5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar.

6. Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM-PUAP; dan

7. Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

Penyelia Mitra Tani (PMT) mengisi Formulir 4 sebagai data dasar dalam penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Departemen Pertanian.

Tugas utama PMT adalah :

1. Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;

2. Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;

3. Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen administrasi lainnya; dan

4. Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP.


~ PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/kota, Bupati/Walikota diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Sekretariat PUAP Kabupaten/kota dengan memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer yang disiapkan oleh Departemen Pertanian. Tim Teknis Kabupaten/Kota dapat menugaskan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk menyiapkan bahan laporan.

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.

Tim Teknis PUAP Kecamatan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke desa dan GAPOKTAN untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.

P E N U T U P

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan langkah terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri.

Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP diperlukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu melalui:

(1) Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan melalui peningkatan kualitas SDM;

(2) Penguatan modal bagi petani, buruhtani dan rumahtangga tani; dan

(3) Penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah.

Semoga Berhasil! Kota Banjar Bisa!
Terima Kasih! Wasalam wr.wb.

~ Penulis:
1. Seorang Petani, yang sangat mencintai dan menyayangi cucu-cucunya. (Kakek ku hebat)

2. Mahasiswa Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, dan Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge, M.A., U.S.A.

3. Aktivis Karang Taruna Kota Banjar, Teman dan Sahabat yang penuh semangat dan optimis.

Rabu, 17 Juni 2009

International Education Curriculum & KTSP

International Education Curriculum
(Correlation with KTSP Curriculum in Indonesia )

Added & Edited By:

Arip Nurahman
(Universitas Pendidikan Indonesia [www.banjarcyberschool.co.cc])
Wael Alghamdi
(Dar Al Fikr School Saudi Arabia [www_333_www@hotmail.com])
Arif Kara
(ICT Consultant Turkey [BadBoyArif@gmail.com])
Christian Daniels
(Proviso East High School, Chicago Illinois, USA. Now at Stanford Univ. Bio mechanical Engineering [cdaniels@Stanford.edu])

Supervisor:
Dr. Ina Yusuf, M.A.
(Senior Lecture in Curriculum,UPI)


What is hope.................

What hope means

Hope is bright shining light which keeps darkness at the bay
Hope is gentle cold breeze on a hot summer day

Hope is to remain positive when going gets tough
hope is seeking more when others think u had enough

What hope means

Hope is dreaming of tommorow
Hope is simmering under sorrow

Hope is sparkles when tears in our eyes
Hope is a beautiful thing & beutiful things never dies

What hope means

Hope is as light as a feather
Hope keeps all of us together

Hope is ubiquitous and free of cost
hope is the last thing ever lost.....
by: Vineet Bansal


Abstract

In formal education, a curriculum (plural curricula) is the set of courses, and their content, offered at a school or university. As an idea, curriculum stems from the Latin word for race course, referring to the course of deeds and experiences through which children grow and mature in becoming adults. (Wikipedia)

Introduction

In formal education or schooling, a curriculum is the set of courses, course work, and content offered at a school or university. A curriculum may be partly or entirely determined by an external, authoritative body (i.e. the National Curriculum for England in English schools). In the U.S., each state, with the individual school districts, establishes the curricula taught. Each state, however, builds its curriculum with great participation of national academic subject groups selected by the United States Department of Education, e.g. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) for mathematical instruction. In Australia each state's Education Department establishes curricula. UNESCO's International Bureau of Education has the primary mission of studying curricula and their implementation worldwide.

Curriculum means two things:
(i) the range of courses from which students choose what subject matters to study, and
(ii) a specific learning program. In the latter case, the curriculum collectively describes the teaching, learning, and assessment materials available for a given course of study.

Currently, a spiral curriculum
(or tycoil curriculum) is promoted as allowing students to revisit a subject matter's content at the different levels of development of the subject matter being studied. The constructivist approach, of the tycoil curriculum, proposes that children learn best via active engagement with the educational environment, i.e. discovery learning.

A crucial aspect for learning, understanding by stimulating the imagination, is absent in the so-called "neo-conservative curriculum" that stresses the ineffective aspects of knowledge amounts and of logico-mathematical thinking, i.e. rote learning.

Crucial to the curriculum is the definition of the course objectives that usually are expressed as learning outcomes' and normally include the program's assessment strategy. These outcomes and assessments are grouped as units (or modules), and, therefore, the curriculum comprises a collection of such units, each, in turn, comprising a specialized, specific part of the curriculum. So, a typical curriculum includes communications, numeracy, information technology, and social skills units, with specific, specialized teaching of each.(Wikipedia)

Contents

Pada tahun 2006 telah diberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor: 22 tentang Standar Isi (SI), Nomor: 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Nomor: 24 tentang Pelaksanaan SI dan SKL untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Mengacu pada SI dan SKL ini, sekolah-sekolah yang mampu (memiliki sumber daya pendidikan memadai), diharapkan pada tahun pelajaran 2006/2007 telah mengembangkan dan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk sekolahnya masing-masing. Sedangkan bagi sekolah yang kurang mampu, diharapkan paling lambat pada tahun 2009/2010 telah mengembangkan KTSP untuk sekolahnya. Gubernur dapat mengatur pelaksanaan KTSP di wilayahnya untuk satuan pendidikan SMA, SMK, dan pendidikan khusus; sedangkan Walikota/Bupati dapat mengatur pelaksanaan KTSP di daerahnya untuk satuan pendidikan SD dan SMP. Dalam pelaksanaannya, belum semua sekolah mampu mengembangkan KTSP; bahkan banyak kalangan meragukan keberhasilan pengembangan KTSP.

Pengembangan Kurikulum



KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dengan KTSP, bangsa Indonesia telah memasuki babak baru dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang mengembangkan adalah Pemerintah, dalam hal ini Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (dulu Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Depdikbud) bekerja sama dengan unit-unit terkait, sedangkan guru tinggal mengimplementasikannya. Hal ini relevan dengan pengelolaan pemerintahan pada waktu itu, yakni sentralistik.Memasuki era reformasi, pengelolaan pemerintahan telah berubah menjadi desentralisasi, berupa otonomi daerah dan otonomi sekolah; sehingga, pengembangan kurikulum oleh Pemerintah tidak relevan lagi. Selain itu, pengembangan kurikulum oleh Pemerintah memiliki kelemahan, karena kemampuan peserta didik seolah-olah disamaratakan dari Sabang sampai Merauke. Padahal kenyataannya kemampuan peserta didik antara daerah satu dengan daerah lainnya, antara sekolah satu dengan sekolah lainnya, berbeda satu sama lain; dan yang paling memahami kemampuan peserta didik adalah para guru yan bersangkutan. Oleh karena itu, yang paling ideal mengembangkan KTSP adalah para guru yang bersangkutan.



Namun demikian, banyak kalangan yang pesimis terhadap keberhasilan pengembangan KTSP ini, terutama justru kalangan dari lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK). Alasan yang dikemukakan antara lain karena guru ketika masih menempuh pendidikan di LPTK (IKIP atau FKIP) belum diberi bekal tentang bagaimana mengembangkan kurikulum. Bekal yang diberikan adalah bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yang disusun oleh Pemerintah.



Berkenaan dengan hal itu, maka dalam Permendiknas Nomor 24 tentang Pelaksanaan SI dan SKL dijelaskan bahwa guru dapat mengembangkan sendiri KTSP mengacu pada SI dan SKL; dapat pula (dalam masa transisi) mengadaptasi, bahkan mengadopsi model-model kurikulum yang disusun oleh Pusat Kurikulum.



Pelaksanaannya, pada tahun pertama, boleh saja guru/sekolah mengadopsi; tetapi pada tahun ke dua diharapkan mampu mengadaptasi; dan selanjutnya, pada tahun ke tiga bersama komite sekolah (diharapkan terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat setempat) sudah mengembangkan sendiri KTSP sesuai dengan: (1) visi, misi, dan tujuan sekolah, (2) potensi/karakteristik daerah, (3) sosial budaya masyarakat setempat, serta (4) kemampuan awal dan karakteristik peserta didik.



Pendampingan Pengembangan KTSP



Agar setiap sekolah mampu mengem-bangkan KTSP, dan dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Mendiknas Nomor 33/SE/MPN/2007 tentang perlunya pembentukan tim sosialisasi KTSP di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pada tahun 2007 Pusat Kurikulum telah memprakarsai pembentukan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di 33 provinsi dan 66 kabupaten/kota, serta memberikan bantuan profesional kepada para widyaiswara dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) serta Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) di seluruh Indonesia.



Selanjutnya, pada tahun 2008, pemben-tukan TPK semula direncanakan akan Wawasandilanjutkan di 441 kabupaten/kota, tetapi karena adanya pengurangan anggaran akhirnya hanya akan dilakukan pada 293 kabupaten/kota. Selain itu, pada tahun 2008 juga dilakukan pendampingan pengembangan KTSP di 192 kabupaten/kota. Pelaksana pendampingan adalah TPK kabupaten/kota dengan nara sumber dari Pusat Kurikulum. Pada tahun 2008, pelaksanaan pendampingan di masing-masing kabupaten/kota melibatkan 50 orang TPK kabupaten/kota sebagai fasilitator pendampingan, 100 orang guru dan kepala SD, SMP, SMA, SMK, PLB, dan PAUD sebagai peserta, serta 3 orang Pusat Kurikulum sebagai nara sumber.

Hasil yang diharapkan, TPK provinsi dapat melakukan koordinasi dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas TPK kabupaten/kota serta melakukan pendampingan pengembangan kurikulum di beberapa sekolah terpilih; TPK kabupaten/kota mampu melakukan pendampingan pengembangan kurikulum ke semua sekolah di daerahnya; sedangkan LPMP dan P4TK mampu melakukan pendampingan pengembangan kurikulum melalui kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS), kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), gugus sekolah (GS), maupun ke beberapa sekolah terpilih. Secara diagramatis, strategi pelaksanaan bantuan profesional (bimbingan teknis dan pendampingan).



Dengan berbagai upaya tersebut, dan didukung pendanaan yang memadai, baik oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, serta masyarakat luas, mudah-mudahan berbagai kalangan yang semula pesimis terhadap keberhasilan pengembangan KTSP akan berubah menjadi optimis dan ikut mendukungnya, bahkan ber-empati terhadapnya, Amin!

Closing

The strategic objective is to contribute to the development of the capacities of specialists, practitioners and decision-makers in the design, management and implementation of the quality of curriculum-making processes and inclusive curricula.

The IBE or Pusat LITBANG Kurikulum works in partnership with national education authorities, international organizations, non-governmental organizations and academic institutions, and offers technical assistance, training, policy advice and a wide range of resources, tools and materials.


Conclusion

The Purpose of Curriculum Development is for support UNESCO's Slogan: Learning to Live Together.

We hope that our Nation (Indonesia) can Change to Positive Way specially in Education by the development of KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

The term “learning to live together”, central to UNESCO’s mission. The concept of learning to live together is centered on the development of understanding, consideration and respect for others, their beliefs, values and cultures. This is considered to provide the basis for the avoidance of conflicts or their non-violent resolution and for ongoing peaceful coexistence. Beyond that, it implies recognizing difference and diversity as opportunity rather than danger and as a valuable resource to be used for the common good.



A good number of countries are also looking for new ways to encourage learning to live together, including human rights and citizenship education, education for peace, fighting against marginalization and all kinds of discrimination.

References

1. ^ Jackson, Philip W. "Conceptions of Curriculum and Curriculum Specialists." In Handbook of Research on Curriculum: A Project of the American Educational Research Association, edited by Philip W. Jackson, 3-40. New York: Macmillan Pub. Co., 1992.
2. ^ Pinar, William F., William M. Reynolds, Patrick Slattery, and Peter M. Taubman. Understanding Curriculum: An Introduction to the Study of Historical and Contemporary Curriculum Discourses. New York: Peter Lang, 1995.
3. ^ Bobbitt, John Franklin. The Curriculum. Boston: Houghton Mifflin, 1918.
4. ^ National Education Standards...They're Back! (article)
5. ^ Diane Ravitch, National Standards in American Education A Citizen's Guide (book)
6. ^ Kelly, A.V. (1989) The Curriculum: theory and practice 3rd Ed
7. ^ Norman, R. (2000) Cultivating Imagination in Adult Education Proceedings of the 41st Annual Adult Education Research.
8. ^ Egan, K. (1992). Imagination in Teaching and Learning. Chicago: University of Chicago Press.


Acknowledgment:
1. Our Parents & Teachers in SMAN 1 Banjar (Kota Banjar)
2. All my Friends
3. Ibu. Dra. Roswati Mudjiarto, M.Pd (UPI)
4. Kak Arvino Mudjiarto (President Works Code Indonesia)
5. Bpk. Herry Widyastono (Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas R.I.)
6. Bpk. Onni Jamhari, Ph.D. (Stanford Univ. & International Students Service)
7. Bpk. Dadi Darmadi Ph.D. (Post Graduated Harvard University at Anthropology Department)
8. Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia


Organization:
1.International Bureau of Education
2. Himpunan Alumni SBI SMAN 1 Banjar, Kota banjar
3. The Sundanese Cyber School Alliance
4. MIT-Harvard Open Course Ware
5. Tim Olimpiade Kota Banjar



Link:
1.http://www.puskur.net/
2.http://banjarcyberschool.co.cc
3.http://www.ibe.unesco.org/en.html
4.http://smansabanrsbi.blogspot.com/

Sorry If There's Something Mistake

"Salam Pendidikan Untuk Peradaban"

Senin, 18 Mei 2009

Cerita Di Balik Nobel Fisika 2008

Di Balik Nobel Fisika 2008
(TRIO FISIKAWAN JEPANG YANG ULET)

Contributors:

1. Eka Cahya Prima
2. Cecepullah
3. Rizkiyana Putra M.
4. Iqbal Robiyana
5. Arip Nurahman
6. Angga Fuja W.
7. Bambang Achdiyat
8. Deden Anugrah

Sumber: Bpk. Agus Purwanto D.Sc.

(Doktor Fisika Teoritik ITB, Universitas Hiroshima, Kepala Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam ITS Serta Penulis buku Ayat-ayat Semesta)

Passion for symmetry

The fact that our world does not behave perfectly symmetrically is due to deviations from symmetry at the microscopic level.

As early as 1960, Yoichiro Nambu formulated his mathematical description of spontaneous broken symmetry in elementary particle physics. Spontaneous broken symmetry conceals nature's order under an apparently jumbled surface.

It has proved to be extremely useful, and Nambu's theories permeate the Standard Model of elementary particle physics. The Model unifies the smallest building blocks of all matter and three of nature's four forces in one single theory.

The spontaneous broken symmetries that Nambu studied, differ from the broken symmetries described by Makoto Kobayashi and Toshihide Maskawa.

These spontaneous occurrences seem to have existed in nature since the very beginning of the universe and came as a complete surprise when they first appeared in particle experiments in 1964.

It is only in recent years that scientists have come to fully confirm the explanations that Kobayashi and Maskawa made in 1972.

It is for this work that they are now awarded the Nobel Prize in Physics. They explained broken symmetry within the framework of the Standard Model, but required that the Model be extended to three families of quarks.

These predicted, hypothetical new quarks have recently appeared in physics experiments. As late as 2001, the two particle detectors BaBar at Stanford, USA and Belle at Tsukuba, Japan, both detected broken symmetries independently of each other. The results were exactly as Kobayashi and Maskawa had predicted almost three decades earlier.

A hitherto unexplained broken symmetry of the same kind lies behind the very origin of the cosmos in the Big Bang some 14 billion years ago. If equal amounts of matter and antimatter were created, they ought to have annihilated each other.

But this did not happen, there was a tiny deviation of one extra particle of matter for every 10 billion antimatter particles.

It is this broken symmetry that seems to have caused our cosmos to survive. The question of how this exactly happened still remains unanswered. Perhaps the new particle accelerator LHC at CERN in Geneva will unravel some of the mysteries that continue to puzzle us.

Sebuah Akhir yang Manis dari Penantian Panjang

Akhir yang manis dari penantian panjang, ketika mengetahui nama-nama penerima nobel fisika 2008. Betapa tidak, tahun 1998 sebelum meninggalkan almamaternya L.T. Handoko sejawat Bapak Agus Purwanto di Universitas Hiroshima bercerita bahwa komunitas fisika teori Jepang berharap Kobayashi dan Maskawa mendapat nobel fisika.

Sebenarnya, tidak ada ahli fisika di dunia yang bekerja dengan misi khusus mendapat nobel, tidak terkecuali Yoichiro Nambu, Makoto Kobayashi dan Toshihide Maskawa.

Mereka bekerja karena mencintai pekerjaannya, mencintai ilmu.

Tetapi dalam perkembangannya ada alasan yang membuat komunitas fisika teori Jepang berharap nobel bagi sejawat senegara mereka.

Nobel fisika 2008 berbeda dari nobel fisika 1979 yang juga diberikan kepada tiga ahli fisika teori yaitu Abdus Salam, Sheldon Glashow dan Steven Weinberg.

Ketiga fisikawan ini berasal dari negara berbeda, Salam dari Pakistan dan tinggal di Itali sedangkan dua lainnya dari Amerika tetapi mendapatkan nobel fisika untuk satu teori yang sama yaitu teori unifikasi gaya elektro lemah. Teori ini sekarang sering disebut sebagai teori Glashow-Salam-Weinberg (Grand Unification Theory/Teori Keterpaduan Akbar).

Sebaliknya Nambu, Kobayashi dan Maskawa berasal dari satu negara tetapi mendapatkan nobel untuk dua teori berbeda.

Nambu yang kelahiran Tokyo 1921 dan mendapatkan gelar dotornya di Universitas Tokyo tahun 1952 serta menjadi profesor di Universitas Chicago sejak 1958 dianugerahi nobel karena gagasan perusakan simetri spontannya (Spontaneous Symmetry Breaking, SSB) dalam model sigma.

Gagasan ini dimuat dalam prosiding konferensi internasional kesepuluh fisika energi tinggi (High Energy Physics) di Jenewa tahun 1960. Satu tahun kemudian Jeffrey Goldstone dari Amerika menulis generalisasi SSB untuk fermion di jurnal Nuovo Cimento.

Hasil sampingnya berupa boson tak bermassa. Di buku-buku teks SSB kadang diidentifikasi dengan dua nama Nambu-Goldstone tetapi lebih sering hanya satu nama yaitu Goldstone dengan sebutan teorema Goldstone.

Gagasan Goldstone disempurnakan Peter Higgs tahun 1964 dengan mekanisme pembangkitan massa Higgs yang terkenal dalam fisika partikel modern.

Mekanisme terakhir ini memberi bonus partikel Higgs yang menjadi perburuan di eksperimen terbesar dalam sejarah umat manusia Large Hadron Collider (LHC) di CERN Jenewa. Dengan demikian, jika SSB mendapatkan nobel maka yang seharusnya menerima adalah trio Nambu, Goldstone dan Higgs.

Kobayashi dan Maskawa (KM) mendapatkan penghargaan karena ide mereka yang dipublikasi di jurnal Progress of Theoretical Physics tahun 1973 dengan judul CP violation in the renormalizable theory of weak interaction.

KM mengintrodusir matriks bauran dimensi tiga yang memuat dua hal baru. Pertama, kuark generasi ketiga bottom dan top, kedua, fasa CP (charge conjugation dan parity). Fasa dan simpangan CP merupakan salah satu syarat terjadinya alam semesta saat ini yang asimetri dari kondisi awal simetri.

Konfirmasi kuark top di CDF Fermilab tahun 1998 membangkitkan harapan nobel bagi KM. Konfirmasi simpangan CP melalui B-factory di akselerator linier Stanford (SLAC-B) dan Belle di pusat riset fisika energi tinggi (KEK) Tsukuba tahun 2001 meneguhkan harapan ini.

Tahun 1963, Nicola Cabibbo dari Itali menulis matriks bauran dua dimensi di Physical Review Letter (PRL). Dengan demikian, matriks KM dapat dipandang sebagai perluasan dari matriks Cabibbo sehingga sampai sekarang matriks ini disebut matriks CKM (Cabibbo-Kobayashi-Maskawa). Karenanya, nobel mestinya tidak hanya diberikan kepada KM melainkan juga Cabibbo.

Nobel fisika tahun ini juga menyisakan sisi lain yang menarik bagi orang Indonesia. Setelah peraih nobel fisika 2008 diumumkan, ahli fisika teori L.T. Handoko mendapat email dengan bunyi, “Thank you for the works contributed to the establishing the theory” (Suatu saat nanti Ilmuwan Indonesialah yang meraihnya) dari para koleganya di Jepang.

Bpk. Handoko memang mempunyai hubungan personal yang kuat khususnya dengan Kobayashi sebagai host-profesor ketika berada di KEK Tsukuba antara tahun 1996-1997.
Ungkapan terimakasih tersebut terkait dengan riset Handoko dan koleganya dari Jepang, Jerman, Korsel dan Kanada pada kurun 1995-2002 yang mengkaji perusakan simetri global pada materi nuklir meson B.

Kuark b berada di alam dalam bentuk materi nuklir meson B. Karenanya eksperimen untuk membuktikan teori ini selalu melibatkan meson B dan peluruhannya.

Kalkulasi teori terkait dengan aneka mode peluruhan dan hasil akhirnya ini banyak dilakukan oleh Handoko pada era tersebut.

Dilain pihak, ada beberapa ilmuwan Indonesia yang turut berperan pada proses pembuktian eksperimental yang menjadi kunci penentu anugerah nobel untuk KM. Pada eksperimen pencarian kuark top misalnya, salah seorang anggota kolaborasi D-zero (D0) adalah Van de Brink mahasiswa Indonesia alumni jurusan fisika UI.

Eksperimen yang lebih penting dan merupakan kunci utama konfirmasi kebenaran teori KM adalah B-factory. Selama ini ada dua fasilitas eksperimen utama yang bersaing ketat yaitu eksperimen BaBar di SLAC Stanford dan Belle di KEK Tsukuba. Di dalam kolaborasi BaBar terdapat dua ilmuwan Indonesia, Romulus Godang dan Rahmat.

Romulus yang asisten profesor di Universitas South Alabama dan alumni jurusan fisika USU bergabung sejak awal dimulainya kolaborasi BaBar sampai sekarang. Rahmat yang menyelesaikan program doktoralnya di University of Oregon melanjutkan program post-doctoral di Universitas Mississippi juga masih aktif di eksperimen BaBar.

Demikian pula Haryo Sumowidagdo, alumni jurusan fisika UI, sampai saat ini masih bergabung di eksperimen D0.
Maskawa barangkali sosok yang paling unik dari trio peraih nobel fisika tahun ini. Bpk. Agus Purwanto pernah dua kali bertemu Profesor Maskawa, tahun 1999 di universitas Hiroshima dan tahun 2001 di Yukawa Institue for Theoretical Physics (YITP) universitas Kyoto institusi tempat Maskawa.

Ada hal yang tidak dapat Bpk. Agus Purwanto lupakan dari kedua pertemuan tersebut.
Ketika di universitas Hiroshima seorang teman membisiki penulis bahwa Maskawa tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris sehingga bila mau bicara dengannya harus dengan bahasa Jepang.

Hal yang sama juga terjadi ketika di YITP, host-profesor penulis di sana berbisik sama. “Shinjirarenai” (tidak dapat dipercaya), demikian reaksi dalam hati ketika dibisiki untuk pertama kalinya.

Dari kisah di depan, ada dua pelajaran yang dapat diambil oleh fisikawan dan ilmuwan Indonesia umumnya. Pertama, gagasan Nambu maupun KM yang akhirnya mendapatkan nobel dimuat di prosiding dan jurnal dengan impact factor atau peringkat tidak tinggi.

Reputasi ilmuwan secara umum ditentukan oleh jumlah publikasi dan peringkat jurnalnya. Hitoshi Murayama dari University of California Berkeley dan Ernest Ma dari University of California Riverside, misalnya, selalu berusaha menulis tema terdepan dan mempublikasikannya di PRL yang ber-impact factor paling tinggi di antara jurnal fisika.

Semangat seperti Murayama maupun Ma sangat positif tetapi sejarah membuktikan idealisme semacam ini tidaklah perlu. Beberapa senior kita tidak mau publikasi bila tidak di jurnal papan atas dan akhirnya memang tidak mempunyai publikasi atau karya satu pun sampai masa pensiunnya.

Semangat umum ilmuwan Jepang patut ditiru, publikasikan hasil riset di jurnal internasional apapun. Makna jurnal internasional disini adalah untuk menjamin visibilitas karya tulis sehingga bisa diketahui oleh komunitas global.

Selanjutnya kita tidak perlu menghakimi karya sendiri tetapi biarkan orang lain menilainya.

"Bagi kita yang terpenting adalah berkarya dan berkarya"

Kedua, kolaborasi akan menutupi kekurangan dan kelemahan individual para ilmuwan. Di Indonesia, ilmuwan khususnya fisikawan teori jumlahnya baru belasan. Mereka tidak boleh lagi bangga dengan institusi sendiri maupun almamater tetapi tanpa karya, tanpa publikasi.

Sekarang banyak universitas kita yang mengakselerasi lahirnya guru-guru besar baru untuk meningkatkan status universitas. Sayangnya, dari setiap pengukuhan dapat dilihat bahwa guru-guru besar ini umumnya tidak mempunyai publikasi internasional kecuali saat menempuh program doktoralnya di luar negeri.

Kondisi paradoks tersebut dapat diatasi melalui kolaborasi. Salah satu contoh kolaborasi adalah Indonesia Center for Theoretical dan Mathematical Physics (ICTMP) yang melibatkan beberapa ahli fisika teori dalam dan luar ITB. Upaya ini memberi hasil dengan mulai munculnya hasil-hasil riset mereka di beberapa jurnal internasional.

Jumlah ahli fisika teori Indonesia sekarang belum berubah secara signifikan dibanding tiga puluh tahun lalu. Tetapi kolaborasi telah membedakan dua generasi ini, publikasi menandai generasi yang belakangan. Juga komunitas ilmiah yang kuat sebagai motivator semangat berkarya seperti Grup Fisikawan Teoritik Indonesia (GFTI) yang menanungi pertemuan tahuan komunitas teori Indonesia, yaitu Workshop on Theoretical Physics.

Nobel bukanlah tujuan utama, yang lebih penting adalah tumbuhnya sikap dan tradisi ilmiah.

Penyelesaian berbagai masalah akan jauh lebih efektif bila berdasar pemahaman sains dan tidak sekedar mengandalkan common sense.

Di antara negara dengan jumlah penduduk terbesar seperti Cina, India, Amerika dan Indonesia hanya negeri kita yang belum menguasai ilmu pengetahuan. Padahal tanpa ilmu pengetahuan teoritis maupun praktis kita tidak akan mampu mengelola sumber daya alam yang melimpah yang pada gilirannya kita menjadi bangsa yang bergantung pada bangsa lain.

Jumat, 17 April 2009

Teknologi Tepat Guna untuk Kota Banjar

~http://www.warintek.ristek.go.id/
(Warung Informasi Teknologi)
~ http://teknologitepatguna.net/
(Bisnis Teknologi Tepat Guna)
~ http://www.banjarcyberschool.co.cc/
(Sekolah Maya Kota Banjar)
~ http://www.bitedu.co.cc/
(Televisi Internet Pendidikan Kota Banjar)

~ Kota Banjar Pasti Bisa!
Abstract
Teknologi tepat guna adalah yang teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang tidak terlalu mahal, tidak perlu perawatan yang rumit, dan penggunaannya ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi.

Dalam hal ini Kota Banjar tercinta memerlukan suatu teknologi yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, dengan demikian kita selaku warganya harus mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan kemajuan kota kita ini.

The development in Indonesia’s borderlands which relies on the capability of their local community in constructing appropriate technologies is one of the key factors in promoting their living standard and in boosting their self confidence.

This capability, as one of the forms of the the local community empowerment, is composed of such factors as the attitude, capability and capacity level, ability to allocate their available resources, and level of understanding on technology of the local community as well as the availability of the institutional infrastructures in their local government.

The borderlands may integrate the concept of appropriate technological development into their community empowerment program whose aim is to improve their local people’s living standard.

~ Pendahuluan
Saat ini, program pemberdayaan masyarakat dan program pembangunan daerah Perbatasan merupakan salah satu program prioritas pemerintah yang sangat penting. Hal ini akan tampak ketika segala sesuatu yang memerlukan peran serta pemerintah akan dikurangi dan mengedepankan masyarakat di daerah perbatasan sebagai motor penggerak yang optimal kepada bangsa dan negara.
Bentuk pemberdayaan masyarakat perbatasan adalah penerapan dan pengembangan hasil yang ada di setiap lapisan secara berkelanjutan.

Program ini memberikan kepercayaan lebih kepada masyarakat seluas luasnya untuk dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional, mempercepat kemajuan desa dalam menghadapi persaingan global di berbagai bidang dengan mampu menggunakan teknologi tepat guna. Hal tersebut sesuai dengan Instruksi Presiden RI no. 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna.

~ Contents:
Pola Pendekatan Pembangunan Teknologi Tepat Guna.
Tujuan pengembangan suatu teknologi pada dasarnya adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan, baik yang telah nyata, ataupun yang dirasakan dan diinginkan adanya, dan bahkan yang diantisipasi akan diinginkan, maka suatu upaya pengembangan teknologi yang efektif, pertama-tama harus didasarkan pada permintaan pasar, baik yang telah nyata ada, atau yang mulai tampak dirasakan adanya.

Prasyarat tersebut memang perlu, tetapi belum cukup. Kemampuan itu harus dilengkapi dengan kemampuan menerjemahkan perkembangan kebutuhan pasar tersebut dengan kemampuan untuk menggagas spektrum teknologi bagaimana yang dapat menanggapi kebutuhan yang diamati tersebut. Pola pendekatan yang dikemukakan di atas mensyaratkan adanya institusi, baik yang berdiri sendiri maupun terorganisasi di dalam sistem-sistem korporat atau masyarakat,.

Sistem-sistem semacam itu jelas perlu mempunyai sumberdaya pikir yang canggih, yang mampu memadukan kebutuhan, potensi khazanah ilmu pengetahuan, penerjemahan khazanah tersebut menjadi paket-paket teknologi, evaluasi dari teknologi yang berhasil dikemas tersebut untuk menguji keterlaksanaannya, baik dari pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, maupun persyaratan lingkungan.

Selain itu, mampu berkomunikasi kepada masyarakat ilmiah maupun masyarakat luas, pemerintahan dan lembaga-lembaga masyarakat untuk memotivasi mereka untuk mendukung ataupun meyakinkan kemanfaatan dari apa yang akan dilakukan, sedang dilakukan, dan yang sudah dihasilkan.

Namun tingkat keberhasilannya masih ditentukan oleh ketepat-gunaan teknologi yang dihasilkan. Tingkat keberhasilan akan lebih tinggi bila unsur ketepat-gunaan dan ketepat saatan dipenuhi.
Istilah ketepat-gunaan merupakan istilah yang samar-samar pengertiannya, kalau tak diikuti dengan pernyataan ketepat-gunaan terhadap apa. Yang terakhir ini sangat kontekstual, tergantung dari lingkungan masyarakat tempat teknologi tersebut akan difungsikan. Pembahasan mengenali ketepatgunaan itu, akan dikaitkan dengan konteks lingkungan perkembangan di Indonesia.

Teknologi tepat guna adalah yang teknologi cocok dengan kebutuhan masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan pada saat rentang waktu tertentu. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang terkait dengan budaya lokal teknologi tepat guna sebagai salah satu jalur penting untuk mencapai tujuan yang mendasar, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagian besar masyarakat Indonesia dengan keanekaragaman ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat diposisikan, tidak hanya sebagai pendukung, tapi juga sebagai pionir perambah jalan menuju terwujudnya masyarakat sejahtera berkeadilan bagi semua lapisan masyarakat di Indonesia yang berada di berbagai penjuru tanah air dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi dan ekonomi yang terbatas. Teknologi Tepat Guna berarti teknologi yang sesuai dengan kondisi budaya, dan kondisi ekonomi serta penggunaannya harus ramah lingkungan.

Program Pemerintah menyebut-kan, pemberdayaan masyarakat perbatasan merupakan jalan untuk mengentaskan masyarakat kemiskinan di daerah tersebut, dan diarahkan melalui dua jalur yaitu, penurunan berbagai biaya hidup yang harus dipikul oleh keluarga miskin dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan keluarga dan keduanya harus terlaksana secara seiring. Tujuan pemberdayaan masyarakat daerah perbatasan yang menggunakan teknologi tepat guna adalah :

a. mempercepat pemulihan ekonomi, meningkatkan, dan mengembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif masyarakat, memperluas lapangan kerja, lapangan usaha, meningkatkan produktivitas, dan mutu produksi.

b. menunjang pengembangan wilayah melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab menuju keunggulan kompetitif dalam persaingan lokal, regional, dan global.

c. mendorong tumbuhnya inovasi di bidang teknologi.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :

a. meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah perbatasan dengan pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta teknologi tepat guna yang sesuai dengan daerah perbatasan sehingga mempunyai dampak penting bagi kedaulatan NKRI.

b. pemberdayaan Masyarakat menggunakan teknologi tepat guna merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di sekitar perbatasan dan peningkatan kawasan perbatasan itu sendiri.

c. meningkatkan lembaga/institusi yang secara fungsional menangani pemberdayaan masyarakat serta inovasi teknologi tepat guna sehingga mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik skala regional maupun nasional.

~ Penutup
Wilayah perbatasan mempunyai nilai-nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional.

Pemahaman pengamanan daerah perbatasan dalam kaitannya dengan kedaulatan negara dapat diartikan bahwa ancaman terhadap satu daerah ataupun pulau di daerah perbatasan negara berarti pula ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan negara. Pengamanan perbatasan negara dalam menjaga kedaulatan negara saat ini masih kurang optimal tampak dari banyaknya kasus pelanggaran lintas batas (darat, laut dan udara) yang dilakukan pihak asing dengan berbagai alasan.

Pengamanan perbatasan bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat. Rasa tanggung jawab masyarakat harus menjadi tolok ukur keberhasilan memajukan daerah perbatasan, dan keberhasilan memajukan daerahnya haruslah didukung dengan teknologi tepat guna yang mampu meningkatkan kesejahteraan baik secara finansial maupun rasa kebanggaan menjadi rakyat bangsa dan negara Indonesia.

~ Ucapan Terima Kasih:
Orang tua, guru-guru terkasih dan sahabat-sahabat tersayang atas dukungan penulisan karya tulis ilmiah ini, semoga kesehatan dan kesejahteran lahir batin menaungi kita semua amin!.

1. Bpk. Dicky R. Munaf
(Dosen KK-Ilmu kemanusiaan FSRD-ITB)
2. Bpk. Thomas Suseno
(Staf Setlakhar Bakorkamla)
3. Bpk. Rizaldi Indra Janu
(Staf Setlakhar Bakorkamla)
4. Bpk. Aulia M. Badar
(Staf Setlakhar Bakorkamla)

~ Pustaka
[1] Besari, M.S, “Teknologi di Nusantara”, Salemba Teknika, Jakarta, 2008.
[2] Sampurno, H, “Knowledge Based Economy : Sumber Keunggulan Daya Saing Bangsa”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Oktober, 2007.
[3] Tilaar, M.A.R, “Mengindonesia : Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia”, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Kota Banjar Bisa!

Selasa, 17 Maret 2009

11 Resep Sukses Bangsa Jepang untuk Kota Banjar

Di Muat ulang Oleh:
Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University.


Sumber dari:

Bpk. Romi Satria Wahono, B.Eng., M.Eng., D.Eng.
(Doktor Ilmu Komputer, Saitama University, Jepang. Founder Ilmu Komputer & E-Univerity)

http://banjarcyberschool.blogspot.com/
(Sekolah Maya Kota Banjar)
http://www.youtube.com/user/BanjarIntTelevision
(Televisi Internet Pendidikan Kota Banjar)

"Tidak semua budaya dan kebiasaan Jepang itu baik ditiru, budaya kita toh lebih kaya dan bervariasi, Indonesia secara ghitu. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan dapat mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Diperkirakan Indonesia mempunyai 20.900 orang lebih genius dari pada Albert Einstein"

Mari Menuju Kota Banjar yang IDAMAN:

Indah, Damai, Asri dan Mandiri

1. KERJA KERAS

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika(1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680jam/tahun).

Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.

Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. MALU

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran.

Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat(menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagalmenjalankan tugasnya.

Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur ditengah jalan.

Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap antikonsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30.

Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelumtutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS

Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.

Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (corebusiness) perusahaan.

5. INOVASI

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.
Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu.

Sampai tahun 1995, tercatatlebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk.

Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH

Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.

Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.

Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo.

Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian.

Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk CasseteTape nya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. BUDAYA BACA

Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca.

Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yangmembuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb).

Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern.
Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik.Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.

Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.

Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan 1 orang professor Amerika. Tapi 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebutdengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam”rin-gi”.

9. MANDIRI

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Anak TK (Yochien) di Jepang harus membawa 3 tas besarberisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya.

Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua.

Mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. IMAJINASI

Dora Emon, Dragon Ball, Gundam Wings, dll. Jangan tanya seberapa hebat imaginasi orang Jepang, tengok saja film-film anime, komik-komiknya, dan kartun-kartun anak-anak yang menyerbu berbagai negara di belahan dunia, ini berakibat kepada tingkat kreatifitas mereka yang begitu tinggi.

11. JAGA TRADISI

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang.

Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “haik” belum tentu “ya” bagi orang Jepang.

Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian.

Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Mungkin seperti itu 11 resep sukses yang bisa saya rangkumkan.

Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional.

Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi.

Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini.

Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.

Kota Banjar Bisa!

Arip Nurahman

Guru dan Dosen Profesional